Hari ini emang udah saya niatin untuk ngerjain aktifitas personal, pengen nyari me time. Makanya saya ga ikut jalan-jalan bareng temen-temen Google Student Ambassador yang sebagian masih nginep di Kibar dan belum pulang ke kotanya masing-masing.
Akhirnya sekitar jam 2an jalan sendiri ke Taman Ismail Marzuki (TIM) untuk nonton ini film, soalnya takut keburu ga tayang filmnya. Kaya filmnya Steve Job yang kelewat untuk nonton.
Saya ngikutin filmnya mulai dari seri pertama, waktu itu masih di SMP kalo ga salah. Makanya penasaran dan sayang banget kalo misalnya ga nonton yang ini. Karena di film yang ini karakter utamanya gabungan dari beberapa film sebelumnya. Di film ini ada Moose, Andie dan Sean. Sayangnya karakter utama di film yang pertama ga muncul.
Gampang banget nyari tim!
Sean, yang juga karakter pertama di film sebelumnya, bersama timnya ngadu nasib untuk berkarir sebagai dancer di Los Angeles. Tapi ga berjalan mulus, makanya temen-temenya balik ke Miami. Nah karena si Sean pengen ikutan lomba besar di Las Vegas, makanya dia nyari tim baru. Mungkin karena ini di film kali ya, nyari timnya tuh gampang banget. Tinggal ajak sana-sini langsung pada ngumpul dengan semangat yang pol.
Mungkin nyari tim yang cocok dengan kita untuk hal apapun itu agak susah dan ga secepet itu kali ya. Kebanyakn orang Indonesia kalo diajak untuk gabung ke hal yang ga ada duit di awal itu susah. Pasti deh kebanyakan nanya. Duitnya berapa? Hadiahnya apa? Jarang mikirin value dan impactnya kalo bikin atau ikutan sesuatu.
Nyari tim yang cocok bisa aja segampang di film itu, asal ngajak orang yang tepat, orang yang punya interest dan passion yang sama dengan kita. Networking yang luas dan berkualitas sangat ditentukan di sini.
Berantem itu pake skill, bukan tawuran!
Di scene awal-awal, langsung udah ada agedan yang memanas, berantem sama tim lain. Tapi bedanya, mereka berantem dengan skill dance mereka. Saling membuktikan kemampuan masing-masing! Bukan dengan cara kekerasan, bukan pula tawuran a la siswa di Indonesia. Mindsetnya harus diubah. Untuk hal-hal ga penting harusnya ga usah diributin, mending berlomba-lomba dalam kebaikan.
“Maka berlomba-lombalah kamu (dalam melakukan) kebaikan” (QS al-Baqarah: 148 dan al-Maidah: 48).
Berbeda bukan berarti ga cocok!
Moose, karakter yang ada di tiga seri sebelumnya, istrinya itu bukan dancer. Dia gadis cantik yang lugu dan anggun. Saat nyusul Moose ke vegas, dia mergokin Moose lagi dance dengan salah satu cewe dan ga sengaja cewenya cium si Moose. Istirnya marah dan pulang. Moose nyusul pulang dan ga ikut babak semi final di lomba itu.
Saat ketemu lagi, istrinya bilang
"Aku tidak hanya cemburu kepada wanita itu, tapi juga kepadamu. Kamu sedang berbahagia dan melakukan hal yang kamu sukai disana. Tapi aku ga jadi bagian dari itu. Aku merasa bersalah tidak bisa dance seperti wanita itu."
Moose jelaskan bahwa kedua hal, dance dan istrinya sama-sama membuat bahagia dan bisa dijalankan keduanya.
Ga tau kenapa part ini engage banget buat saya. Pada momen bahagia di karir/kerjaan, dia selalu merasa cemburu tidak menjadi bagian dari kebahagiaan itu. Harusnya sih ga mikir kaya gitu. Saya cuma mau bilang
"Kamu tidak harus berada dalam kebahagiaan yang ini, kebahagiaan yang sederhana bersamamu adalah hal tak tergantikan."
Buat yang ngikutin beberapa seri Step Up sebelumnya, film yang ini jangan sampe ketinggalan. Filmnya makin seru, performance dancenya juga makin kreatif dan keren.