Showing posts with label Googley. Show all posts
Showing posts with label Googley. Show all posts

Sunday, May 22, 2016

Sesi Pilihan Google I/O 2016: Yang Terbaru dari Web Technologies


Semaleman kemarin saya begadang sampe kurang lebih jam 3an. Bukan karena keasyikan ngoding, tapi karena betah explore berbagai video dari sesi Google I/O 2016, terutama yang berhubungan dengan web technologies.

Dengan melihat lagi berbagai update dari perkembangan web, saya seperti menemukan semangat dan kebanggan saya sebagai web developer. hehe Jadi inget zaman-zaman dulu ketika sangat rajin beresperimen dan eksplor. Rasanya pengen kembali rajin karena udah lumayan ketinggalan jauh.

Beberapa highlight teknologi terbaru yang menurut saya penting diikuti:

1. The Physical Web

Dilihat dari definisi di webnya, "The Physical Web is an open approach to enable quick and seamless interactions with physical objects and locations". Teknologi ini menggunakan Bluetooth Low Energy (BLE) beacon dengan format standar yang dibuat Google, yaitu Eddystone.

Intinya dengan teknologi Physical Web ini, suatu lokasi atau benda dapat mengirimkan broadcast URL ke device terdekatnya sesuai dengan konteks yang diinginkan. Analoginya seperti ini, misalnya kita datang ke museum dan melihat suatu benda yang menurut kamu menarik, kamu ingin sekali mengetahui lebih lanjut mengenai benda tersebut. Dengan Physical Web, beacon akan mengirimkan (broadcast) URL spesifik untuk benda yang ada di dekat kamu. Kamu harus cek lengkapnya di video berikut dan lihat berbagai contoh pemanfaatan teknologi ini in real world.


2. Mobile Web

Dengan berbagai gempuran mobile apps, justru mobile web semakin memiliki masa depan cerah. Sesi The Mobile Web: State of the Union yang disampaikan oleh Rahul Roy-chowdhury, VP Product Management, Chrome bikin saya "loncat-loncat" excited betapada dia meyakinkan soal masa depan kemudahan mobile web. Di sesinya ini, Rahul menjelasakan mengenai Accelerated Mobile Pages (AMP) dan Progressive Web Apps.

Accelerated Mobile Pages (AMP) adalah open source project yang melibatkan banyak sekali publisher dunia yang berupaya untuk menyediakan konten dengan lebih cepat. Mungkin kamu sering menemui card yang muncul di Google ketika mengaksesnya di mobile, nah itu salah satu dari output AMP.



"Progressive Web Applications take advantage of new technologies to bring the best of mobile sites and native applications to users. They're reliable, fast, and engaging". Sedangkan Progressive Web Applications adalah era baru mobile web yang memiliki fitur dan memberikan experience seperti native app, seperti offline, fast loading, push notification, add to home screen icon dsb.

Salah satu contoh dari Progressive Web Application adalah web nya Google I/O itu sendiri yang dibahas di sesi Building the Google I/O Web App: Launching a Progressive Web App on Google.com dengan sangat passionate oleh Eric Bidlman, salah satu developer idola saya dari zaman baheula.

Selain web Google I/O 2016, contoh dari implementasi Progressive Web App adalah The New York Times dan ada karya anak bangsa yaitu Jalan Tikus yang difeatured di Google I/O.  

3. Real Time Database (Firebase)

Salah satu teknologi yang digunakan di webnya Google I/O adalah realtime database menggunakan Firebase. Ini adlaah teknologi pendukung yang cocok untuk pengimplementasian Progressive Web App, jadi perlu untuk dicoba dan dipelajari. Firebase juga seolah menjadi primadona di Google I/O kali ini karena salah satu produk yang memiliki significant major updates seperti adanya integrasi dengan Admob untuk monetisasi dan disediakannya fitur analytics spesific untuk Firebase.

Tal Oppenheimer

Selain 3 teknologi itu, sesi yang menurut saya penting untuk ditonton juga adalah Building for billions on the web. Kamu bakal dapet banyak insight soal perkembangan web technologies. Meski intinya memang kebanyakan teknologi yang sudah saya sebutkan diatas.

Sesi bonusnya adalah Learning to speak Designer. Sejak Google memiliki divisi Design dan punya Material Design System, penting untuk developer tau perkembangannya karena user experience signifikan pengaruhnya untuk web kita.


Kamu juga bisa cek playlist untuk video sesi Google I/O pilihan versi saya
Read More

Friday, May 20, 2016

Rekap Google I/O 2016



Yeay Google I/O lagi. Bedanya tahun ini, gw engga jadi MC di Google I/O Extended kaya dua tahun sebelumnya. Karena sudah ga di Jakarta dan ga terlibat langsung dengan Google Developer Group. Pun begitu tidak mengurangi antusias saya untuk ngikutin perkembangan terbaru Google melalui konferensi developer terbesarnya, Google I/O.

Yang beda dari Google I/O tahun ini adalah tempat pelaksanaannya di outdoor, lalu kamu juga bisa nonton live secara 360 derajat di Youtube. Tentu bakal lebih mantap kalo misalnya pake Virtual Reality (VR) headset kaya Cardboard atau Octagon VR Luna yang baru saja gw beli.

Gw coba rekap apa saja yang baru dari Google yang gw pahami di sesi keynote kemarin:

Google Assistant

Since Google mengorganize milirian informasi di internet, Google lebih pintar dari kita menjawab berbagai pengetahuan umum. Misalnya sesimpel ketik "indonesia president" di Google maka dia akan langsung memberikan informasi dalam bentuk kartu atau knowledge card.



Pencarian seperti itu bisa menggunakan voice command dengan Google Now. Di I/O kemarin , Google mengumumkan Google Assistant sebagai upgrade dari Google Now yang lebih canggih. Seperti misalnya Assisant dapat mengerti voice command yang kita berikan secara conversational. Artinya dia akan mengerti konteks dari apa yang kita bicaranya berdasarkan runtutan informasi yang kita berikan. Dia akan mengerti Siapa president Indonesia? "Joko Widodo", Berapa umurnya? "54". Meski tidak disebutkan Joko Widodo, dia akan mengerti bahwa yang kita maksud adalah Joko Widodo.

Kalo kamu pernah tau YessBoss atau Diana, Google Assistant gw rasa akan kaya gitu. Nantinya Google Assistant ini bisa beliin tiket bioskop. Dengan machine learning, artificial intelegence & natural processing technology, tekologi yang awalnya cuma khayalan bisa menjadi kenyataan.

Cek selengkapnya soal Google Assistant di artikel ini atau video ini.

Google Home


Beberapa waktu yang lalu Google mengakusisi Nest, perusahaan yang memproduksi home automation device. Yang gw kagum sama Google, dia pinter mengintegrasikan semua hal dimilikinya. Google Home adalah gabungan dari Cast,  Assistant dan Nest untuk integrated solution di rumah. 

Allo & Duo

Meski bukan jenis produk yang baru apps untuk komunikasi ini tetap menarik. Allo untuk chat text dengan dilengkapi dengan sticker dan menggunakan modul machine learning yang dimiliki Google. Untuk Allo sebetulnya gw masih bertanya kenapa fitur-fitur itu tidak diterapkan di Hangout saja.



Sedangkan Duo adalah simple one-to-one video calling yang cepat, Mirip seperti facetime. Kalo untuk ini saya mengerti kenapa ga dimasukan ke Hangout karena ini lebih simple dan untuk personal use. Kedua aplikasi ini hanya menggunakan nomor telfon seperti Whatsapp .

Android N

Ada beberapa update dari Android N yang lumayan keren. Salah satunya adalah Android Instant App dimana kita bisa mengakses app tanpa install namun dengan experience yang sama dengan native apps. Di Andorid N kedepannya update sistem operasi juga lebih cepat, tidak harus restart seperti sekarang. Ada banyak emoji baru yang represent professional women. Dan kita bisa suggest apa nama dari Android N (jangan lupa cek video keren ini :D)

Juga ada update dari Android Wear 2.0, salah satunya ada standalone application yang dimana penggunaannya tidak memerlukan smartphone lagi.

Virtual Reality

Setelah dua tahun merilis Cardboard, yang menurut gw sukses menjadikan VR viral karena bisa merasakan experience VR dengan murah. Di I/O ini, Google mengumumkan Daydream, sebuah platform untuk mobile virtual reality. Dilengkapi dengan controller dan konten yang lebih banyak menjadikan Day Dream pasti ditunggu-tunggu VR dan Google fan.

Firebase update!


Salah satu product untuk developer yang memberikan signifikan updates di Google I/O ini adlaah firebase. Karena gw belum penjadi pengguna Firebase, jadi gw ga tau banyak. Yang jelas dia rilis analytics dan integrasi dengan Adwords.

Lengkapnya di keynote video berikut


Makin exciting ya! Mudah-mudahan segara bisa dateng langsung kapan-kapan kalo ada rezekinya. Amin..
Read More

Monday, May 9, 2016

My Nexus' Photosphere

Balangan Beach
Is one of beautiful beach at Badung, Bali. I visited here a year ago and captured pictures include Photosphere using my Nexus 5.



Check Photosphere: https://goo.gl/nJQPty
Read More

Saturday, April 2, 2016

Google for Mobile Indonesia: Summary


Pada tanggal 31 Maret 2016 kemarin, gw dan co-founder di Leap Up berksempatan untuk menghadiri event Google for Mobile yang diselenggarakan pertama kalinya di Indonesia. Sebetulnya event dengan konten serupa pernah dibikin oleh Google, seperti Google Developer Summit tapi ini lebih besar. Setidaknya begitu yang saya pikir pada saat melihat list pembicaranya yang separuhnya dikirim langsung dari luar.

Lewat posting kali ini gw mau share mengenai apa yang menurut gw menarik dan penting untuk dibagikan.

The Indonesia mobile story


Ini adalah sesi pembuka dari Google for Mobile, gw selalu suka ketika Mbak Veronica Utami (Head of Marketing, Google Indonesia) menyampaikan keynote. Pertama kali denger keynotenya adalah waktu event Google Partner dimana beliau baru saja menjabat.

Dari keynote yang diberikan banyak banget insight yang bikin lo ngangguk terus mengenai pertumbuhan internet dan mobile di Indonesia yang akan semakin merajalela. Ini adalah opportunity yang ga boleh dilewatkan oleh developer. Cek beberapa insight dari slide yang temen saya foto.


Develop, Engage & Earn



Setahu gw, sejak I/O tahun lalu Google menggunakan term Develop, Engage dan Earn sebagai temanya dan memisahkan beberapa pembahasan dalam pengembangan suatu produk/apps. Dan di Google for Mobile term itu juga kembali digunakan untuk memisahkan track/sesi. Develop jelas pembahasannya gimana eksekusi produknya dan bahasannya lebih teknikal. Sedangkan track Engage bahas setelah produk jadi untuk gimana supaya dapat lebih banyak install dan pengguna terus menggunakan produk kita. Di tahap Earn tentu saja bahas soal gimana semua pengguna apps kita dikonversi menjadi pembeli dari berbagai strategi monetisasi yang ada di apps kita. Karena gw pilih Engage, jadi yang dishare di sini lebih banyak track itu ya.

Inspirasi dari Founder Half Brick Studio


Sesi terakhir sebelum makan siang adalah sesi "The journey to a billion installs", yang disampaikan oleh Shainiel Deo - CEO and Founder, Halfbrick Studios. Halfbrick Studios adalah studio game yang berbasis di Australia, kalo pernah main Fruit Ninja yang sempet rame dua tahun ke belakang, ini nih mpunya.

Shainiel share cerita bagaimana dia membangun Halfbrick dari awal hingga sekarang menjadi studio game yang melahirkan berbagai game level dunia. Shainiel adalah seorang gamer, ia ingin menciptakan game yang berkualitas dan membangun bisnis yang sukses akhirnya dia memutuskan untuk membuat Halfbrick studio.

Bagian yang menurut gw sangat mencerahkan adalah ketika dia menceritakan perjalan Halfbrick melalui sebuah timeline.



Ceritanya dia seperti meyakinkan gw bahwa untuk menjadi besar, lo harus bisa melewati jalan panjang berliku itu. Halfbrick di awal masa pendiriannya, mereka masih mengerjakan game untuk client. Baru setelah 8 tahun mereka menjadi independent developer yang mengembangkan gamenya sendiri. Cerita ini seperti engage buat gw, karena di tahap awal ini, Leap Up masih kerjain produk clinet. Gw sih jadi lebih semangat untuk jangan lebih lama dari Halfbrick untuk menjadikan Leap Up sebagai independent developer yang mengembangkan produk sendiri.

Selain itu, Shainiel juga singgung sedikit soal startup itu goalnya harus jelas, dan komunikasikan ke team dengan meaningful, sesuatu yang lebih besar dan bukan sekedar meteri. Juga soal membentuk team yang baik (good fit), membangun culture di perusahaan dan saling percaya di dalam tim. Hal-hal bisa dicek di slide yang saya foto ini.

Universal app campaign


Salah satu paid strategy baru untuk tetap engage dengan pegguna App kita adalah dengan menerapkan Universal App Campaign. Ini adalah fitur baru yang ditawarkan oleh Google bagi kita yang mau promote di semua layanan iklannya Google seperti di Search, Google Display Network, Google Play, Youtube dsb dengan satu kali setting. Ini solusi banget sih, meski belum coba. Informasi selanjutnya bisa cek di sini dan di video youtube berikut.

App indexing



Salah satu solusi yang ditawarkan Google untuk supaya pengguna Apps balik lagi, lo bisa menggunakan App Indexing. Misalnya sebutlah Aplikasinya adalah Kompas.com, ketika lo search di Google suatu konten berita dan kebetulan kontennya ada di Apps lo, akan ada hasil yang mengarahkan untuk open Apps lo. Lebih lanjut soal App Indexing bisa dicek di sini.

Google play experiment

Salah satu cara untuk bisa mengoptimalkan presence kita di Google Play adalah dengan menggunakan Google play experiment. Dengan ini kita bisa bereksperimen (ala metode A/B Testing) misalnya menggunakan berbagai icon app dan untuk nyari tau mana yang paling ngedrive installasi. Gitu juga dengan screenshoot dan deskripsi yang bisa dieksperiment kan. Info lengkapnya bisa dicek di sini.

Komitmen Google untuk Indonesia

Ada beberapa hal yang dilakukan oleh Google untuk pertumbuhan startup atau produk berbasis Mobile diantaranya Google Launchpad yang tahun kemarin beberapa startup dari Indonesia ada yang dikirimkan ke Mountaint View untuk mentoring. 

Android Kejar (Kelompok Belajar) adalah program belajar Android yang diselenggarakan di berbagai kota di Indonesia. Cikal bakal dari program ini adalah Indonesia Android Academy yang di tahun lalu gw terlibat dari awal hingga akhir. Kini dibikin lebih keren dan gede hasil dari test pasar Android Academy kemarin.

Lalu program onlinenya adalah Google berkerjasama dengan Udacity untuk menghadirkan pembelajaran online yang bisa diakses secara gratis.


Other things..

Acaranya gede dan dekorasinya keren banget. Ada game cornernya gitu. Makanannya banyak dan enak. Ya ini sih investasi yang ga seberapa buat company segede Google.

Cardboard corner


Ini bisa dimakan!







Reuni sama GSA friends

Dan akhirnya ketemu in-person untuk pertama kalinaya sama cofounder di Leap Up setelah memutuskan barengan merintis. Kita emang kenal gara-gara Google.

One line summary:
Leap Up harus segera bikin divisi yang fokus memaksimalkan potensi Mobile! Semangat!
Read More

Saturday, March 19, 2016

Work Rules: Checklist to transform team & workplace


Google menginspirasi gw di banyak hal. Dan Alhamdulillah sejak terpilih jadi Google Student Ambassador gw semakin mengenal Google lebih dekat dan mendapatkan akses ke berbagai hal yang berhubungan dengan Google yang sering juga gw catat di blog ini.

Gw yakin, Google tidak hanya menginspirasi gw, tapi juga jutaan orang di seluruh dunia. Selain berbagai inovasi produknya, yang membuat gw kagum adalah bagaimana mereka memperlakukan orang-orangnya.  Google mendapatkan pengakuan #1 Best Company to Work For di berbagai negara, #1 Top Diversity Employer dan the best company for women in technology.

Sebagai Google fan boy, gw ingin mempelajari lebih dalam bagaimana Google dijalankan dan bagaimana memperlakukan karyawannya. Hal itu sangat relevan karena saat ini gw sedang merintis perusahaan, Leap Up. Hasil pinjem buku Work Rules dari ce Febria, akhirnya gw beresin dalam waktu sebulan 2 minggu. Lama banget sih beresinnya, karena bulan February kemarin banyak interupsi dan karena ini bukunya bahasa Inggris, jadi sambil buka kamus sesekali. hehe

Buku ini ditulis oleh Laszlo Bock, Senior Vice President of People Operations nya Google. Semacam kepala HRD lah kalo di Indonesia mah. Buku ini memang bicara soal Google dari sudut pandang dia sebagai HR, tapi lewat buku ini kita bisa kenal lagi culture-culture yang diterapkan Google seperti keterbukaan dan freedom. Buku ini pas banget dibaca sama founder startup, karena bisa mulai menerapkan ide dan inovasi people operation Google meski di tim yang masih kecil.

Gw tuliskan beberapa point penting dari setiap chapter untuk sebagai reminder pribadi maupun pembaca blog gw:

Chapter 1

Work rules.. for becoming founder

  1. Choose to think of yourself as a founder
  2. Now act like one
"..My job as a leader is to make sure everybody in the company has great opportunities, and they feel they're having a meaningful impact and are contributing to the good of society.." Salah satu quote dari Larry yang menggambarkan bagaimana seorang leader seharusnya berpikir.


Chapter 2


Work rules.. for building a greate culture

  1. Think of your work as a calling, with a mission that matters
  2. Give people slightly more trust, freedom, and authority than you are comfortable giving them, if you're not nervous, you haven't given them enough


Chapter 3

Work rules.. for hiring

  1. Given limited resources, invest your HR dollars first in recruiting
  2. Hore only the best by taking your time, hiring only people who are better than you in some meaningful way, and not letting managers make hiring decisions for their own teams.
Cara mereka rekrut orang sangat ninja. Mereka tidak kompromi pada kualitas dan hiring decision ditanggapi sangat serius.


Chapter 4

Work rules.. for finding exceptional candidates
  1. Get the best referrals by being excruciatingly spesific in describing what you're lookimg for
  2. Make recruiting part of everyone's job
  3. Don't be afraid to try crazy things to get attention of the best people
Point 2 itu beneran. Sekitaran bulan Januari/Febuary gw dibantuin sama salah satu kenalan Googler yang kantornya di Singapore untuk apply suatu posisi. Dan dia yang langsung referalin. Seminggu kemudian ada balasan bahwa gw belum memenuhi kualifikasinya mereka. Mhh.. first try lah wajar! Terus ga lama dari itupun temen gw direferalin untuk jadi Language Specialist. Jadi Googler tuh kalo misal yang direferalin masuk, mereka bakal dapet bonus.


Chapter 5

Work rules.. for selecting new employees
  1. Set a high bar fo quality
  2. Find your own candidates
  3. Acsess candidates objectively
  4. Give caniddates a reason to join


Chapter 6

Work rules.. for mass empowerment
  1. Eliminate status symbols
  2. Make decision based on data, not based on the managers' opinions
  3. Find ways for people to shape their work and the company
Budaya ga enakan organisasi di Indonesia seharusnya bisa disolve dengan menerapkan rules 2 di Chapter 6. Jadi, meski opini dari manager, tetap harus ada data yang menunjang. Dengan begitu karyawan di bawahnyapun bisa mempunyai kesempatan untuk pendapatnya didengar.


Chapter 7

Work rules.. for performance management
  1. Set goal correctly
  2. Gather peer feedback
  3. Use a calibration process to finalize ratings
  4. Split reward conversations from development conversations
Chapter ini pengen gw coba. Meski anggota team masih sedikit tapi seharusnya segala sesuatunya harus diukur.


Chapter 8

Work rules.. for managing your two tails
  1. Help those in need
  2. Put your best people under a microcope
  3. Use surveys and checklist to find the truth and nudge people to improve
Di bab ini insightnya adalah prioritaskan perhatikan kepada anggota tim dengan performance paling baik dan paling buruk. Yang paling baik tentu adalah assets, jangan sampai dengan kontribusinya yang besar, ia merasa tidak diapresiasi. Yang paling buruk belum tentu tidak berbakat, mungkin saja rolenya sekarang kurang cocok, bisa jadi di role yang lain dia adalah performer yang paling baik.



Chapter 9

Work rules.. for building a learning institution
  1. Engage in deliberate practice: Break lessons down into small, digestible pieces with clear feedback and do them again and again
  2. Have your best people teach
  3. Invest only in courses that you can prove change people's behavior
Chapter yang ini relevan dengan yang pernah gw tulis, soal learning organization. Dan sebelumnya gw juga pernah baca artikel blog yang insightful di blognya Zenius tentang Deliberate Practice (DP).


Chapter 10

Work rules.. for paying unfairly
  1. Swallow hard and pay unfairly. Have wide variations in pay that reflect the power law distribution of performance
  2. Celebrate accomplishment, not compensation
  3. Make it easy to spread the love
  4. Reward thoughtful failure
Gw serasa didukung bahwa menggaji karywan dengan nominal yang beda untuk title role yang sama tapi kontirbusinya beda itu sah saja.



Chapter 11

Work rules.. for paying efficiency, community, and innovation
  1. Make life easier for employees
  2. Find ways to say yes
  3. The bad stuff in life happens rarely.. be there for your people when it does.
Di chapter ini ada cerita-cerita treatmen yang dilakukan Google kepada karyawannya yang baru saja punya anak. Ini sangat perlu untuk menunjukan bahwa kita sebagai company care mengenai hidupnya karyawan.


Chapter 12

Work rules.. for nudging toward health, wealth and happiness
  1. Recognize the difference between what is and what ought to be
  2. Run lots of small experiments
  3. Nudge, don't shove


Chapter 13

Work rules.. for screwing up
  1. Admit your mistake. Be transparent about it
  2. Take counsel from all directions
  3. Fix whatever broke
  4. Find the moral in the mistake, and teach it


Chapter 14

Work rule
  1. Give your work meaning
  2. Trust your people
  3. Hire only who are better than you
  4. Don't confuse development with managing performance
  5. Focus on two tails
  6. Be frugal and generous
  7. Pay unfairly
  8. Nudge
  9. Manage the rising expectations
  10. Enjoy! And then go back to No. 1 and start again

Masih pengen tau? Silahkan cek slidenya Laszlo Bock atau blog Google for Education mengenai Work Rules. Atau masih pengen tau lebih lanjut? Silahkan beli di toko buku terdekat!
Read More

Tuesday, November 10, 2015

Belajar skalabilitas dan kolaborasi dari Google


Kalo ngomongin soal internet, semua orang pasti tahu Google adalah dewanya. Gw sih udah jelas ya Google fanboy banget! Apalagi ketika terpilih jadi salah satu Google Student Ambassador beberapa waktu yang lalu. Gw selalu excited dengan berbagai hal soal Google, hampir fanatik. Google ibarat kiblatnya teknologi. Berbagai inovasi yang dibikin selalu bikin gw meleleh.

Ada beberapa hal penting yang perlu gw bagikan mengenai apa yang bisa kita perlajari dari Google, yaitu soal skalabilitas dan kolaborasi.

Produk pertama yang dibikin oleh Google adalah Search. Setelah sukses dengan Search, beberapa produk untuk online advertising dan email, makin memperkuat reputasi Google sebagai perusahaan teknologi dunia.

Sampai hingga trend smartphone meningkat, Google melirik hal ini bahwa smartphone akan menjadi the next big thing. Android adalah open-source operating system yang diinisiasi oleh Andy Rubin pada 2003, hingga akhirnya Google mengakusisi Android pada 2005.

Di tangan Google, tentu Android 10x lebih cingcay daripada sebelumnya. Andorid sekarang kecenya luar biasa. Gw masih pake Nexus 5 yang dibikin dengan standarnya Google dan masih tetep nyaman pakenya.

Kalo sekelas Google sih, sebetulnya dia bisa bikin smartphone (hardware+software) semuanya sendiri. Tapi dia ga so soan bikin semuanya sendiri. Karena dia sadar kekuatannya. Dia udah kuat di software/ platform. Ya dia maksimalkan disitu. Daripada bikin sendiri, lebih baik dia kolaborasi. Dengan strateginya seperti itu, Android menjadi operating system yang digunakan oleh 80% smartphone di dunia.

Kalo Google bikin product, dia tuh selalu bikin yang scalable. Misalnya dia bikin Gmail dan Google Apps. Dia bikin produk general seperti itu tapi bisa diapply ke berbagai segmen seperti ke edukasi maupun ke enterprise.

Nah dua hal itu yang menurut gw penting diinget dari Google. Mudah-mudahan kalo kita ikutin caranya dia, kita bisa bikin produk sesukses Google. Amin

Thumbnail: cdn-www.xda-developers.com
Read More

Sunday, November 1, 2015

Solve for X: Berdiskusi dan belajar bikin Moonshot Project


Sejak setahun belakangan ini, gw sering banget ikutan ataupun bantu project yang berhubungan dengan entrepreneur atau startup. Dimulai dari The Backstage Ziliun, sebuah seminar yang mengundang para startup founder untuk berbagi cerita. Tech Based Business, sebuah mata kuliah yang mendorong mahasiswanya bikin tech startup yang impactful. Innovative Academy, hingga Start Surabaya, yang membawa gw stay di Surabaya berbulan-bulan hingga sekarang.

Trend secara umumnya sedang menuju kesana. Kini title entrepreneur menjadi hal yang membanggakan dan semakin banyak orang yang ingin jadi entrepreneur. Indonesia kan dikenal sama latahnya, ya mudah-mudahan latahnya orang Indonesia jadi entrepreneur bisa terus menerus ya.

Kadang gw merasa jenuh dengan term startup, saking setiap hari berkutat dengan dunia startup. Datengnya project Solve for X menjadi angin segar nih. Apa itu Solve for X?

Ada yang tau Google Glass, Project Loon yang direncanakan tahun depan dateng ke Indonesia atau Self-driving carnya Google? Nah semua project itu dimulai dari divisi Google[x]. Divisi itu di Google berfungsi untuk menghasilkan project yang Moonshot. apalagi itu Moonshot?

Moonshot adalah istilah yang dipake oleh Google untuk sebuah solusi/project dari gabungan 3 elemen. Yaitu permasaahan yang besar, solusi yang radikal dan pengunaan terobosan teknologi yang inovatif. Singkatnya bisa lihat diagram berikut.


Nah, dalam rangka menyebarkan virus Moonshot ini, Google membuat Solve for X, sebuah komunitas yang terdiri dari peneliti dan innovator yang mempunyai concern terhadap berbagai permasalahan yang bisa diselesaikan pada berbagai bidang, seperti bidang kesehatan, infrastruktur, hingga bidang makanan & minuman.

Ngobrol sama para innovator yang mau kasih talks

Indonesia adalah salah satu negara yang dipilih untuk melaksanakan serangkaian kegiatan Solve for X. GDG Indonesia jadikan Solve for X bagian dari rangakaian kegiatan Gemastik 8 di UGM pada 28 Oktober 2015. Acaranya pas banget hari Sumpah Pemuda. Makanya panggung utamanya ala-ala Bung Tomo sama Soekarno.

Solve for X yang pertama kali diselenggarakan di Indonesia ini mengundang  Enda Nasution (CEO, Sebangsa.com), Samuel Alexander (Finalist, Google Science Fair), dr. Gunadi, PhD (Researcher, Faculty of Medicine, Universitas Gadjah Mada) dan M Aditya Arief Nugraha (CEO. Gamatechno).

Diskusi panel dengans semua pembicara setelah masing-masing memberikan talks

Format kegiatannya talks dan panel. Semua yang disampaikan oleh narasumber menarik dan insightful. Tapi buat gw pribadi, talks dari dr. Gunadi sangat segar, karena dari dunia medis yang jarang gw denger. Talks yang dia sampaikan berhubungan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) yang dtetapkan oleh PBB. dr. Gunadi bilang bahwa tingkat kematian Ibu ketika mau melahirkan di Indonesia itu masih sangat tinggi, bisa berasal dari banyak faktor. Misal akses ke rumah sakit yang jauh dari tempat tinggal dsb. Masalah seperti itu yang harus segera diselesaikan dengan solusi Moonshot. dr. Gunadi juga menyoroti mengenai penyakit turunan yang bisa dihindari oleh bayi dengan penanggulangan dini.


Terus yang gw kagum adalah talks dari Samuel, dia itu anak SMA kelas 1 loh. Tapi talknya udah ala ala TED gitu. Gw juga kalah jauh deh sama dia. Dia adalah finalis Google Science Fair 2014 yang masuk 90 besar dunia. Saat ikut itu, dia masih kelas 2 SMP. Aduh SMP kelas 2, gw mah masih jahiliyah.

Samuel dateng ke venue ditemenin sama bapaknya. Yang gw liat, bapaknya sangat support apa yang dilakukan oleh Samuel. Ga heran sih kalo dia bisa akselerasi dalam berbagai pencapaian di usianya yang masih sangat muda.

Pas foto, tiba-tiba asap dari Kalimantan dateng. Eh salah! Ini asap ala ala kaya panggung dangdutan

Setelah selesai kegiatan. Waktunya foto-foto! Eitss.. tapi selain foto-foto, Solve for X juga masih ada sesi di tempat yang berbeda. Nama sesinya adalah Moonshot Sprint.


Yang pernah tau Design Sprint mungkin tau gimana alur kegiatannya. Moonshot Sprint juga mirip kaya gitu, metode brainstorming yang dibikin sama Google, bedanya ini fokus untuk menghasilkan ide Moonshot terhadap suatu permasalahan. Kemarin topik yang diambil adalah mengenai asap. Ternyata dari yang ikut, lumayan keren-keren solusinya.


Ada sebuah solusi yang diajukan sama salah tim yang menurut gw lumayan Moonshot sih. Kan kebakaran hutan itu kalo disengaja itu gara-gara industri kelapa sawit. ide dari mereka adalah bikin supaya sawit bisa tumbuh dengan ukuran lebih kecil dan bisa dilakukan secara vertikal menggunakan tower. Solusinya lumayan radikal dan moonshot, tapi harus dibuktikan secara ilmiah sih possibilitynya.

Jadi sudahkah terinspirasi untuk bikin Moonshot solution untuk berbagai permasalahan sekitar? Mari start dari yang kita bisa!

Thanks to Riska dari Imagine untuk dokumentasi eventnya yang ciamik!
Read More

Sunday, October 18, 2015

Google Game DevFest 2015 Wrap Up!


Yeea! Tau Google DevFest ga? Acara tahunan yang dibikin sama Google Developer Group di seluruh dunia itu, tahun ini hadir kembali di Indonesia. Tapi membawa konsep yang sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya, tahun ini kita lebih berfokus kepada Game Developer. Ga salah sih kalo misalnya Google mengambil tema tahun ini, karena seiring berkembangnya smartphone - apalagi platform Android, juga mendorong pertumbuhan industri game.

Game industry landscape
Game DevFest Surabaya 2015

Kita mengundang berbagai pemain game developer lokal seperti mas Arief Widhiyasa (Agate), Dien Wong (Altermyth), Andi Suryanto (LYTO), Andi Martin (Main Studio), Irwanto (Tebak Gambar), Muhammad Ajie Santika (Tinker Games), Adam Ardisasmita (Arsanesia), Wilson Tjandra (Mintsphere) dan masih banyak yang bisa dicek di sini lengkapnya.

Beberapa sesi dikemas dalam bentu sesi talkshow yang santai untuk membuka wawasan mengenai bagaimana kondisi industry game serta opportunity sekarang dan kedepannya. Harapannya habis sesi ini banyak anak muda yang tergerak untuk ikut serta meramaikan industry game Indonesia ya! Amin.

Monetize your game!
Arief dari Agate di Game DevFest 2015

Salah satu presentasi yang menurut gw bagus adalah yang disampaikan oleh mas Arief Agate, yaitu bagaimana strategi monetize game yang sukses. Meskipun game itu kan hiburan buat kebanyakan kita, bukan berarti bikin game hanya iseng-iseng aja. Kalo ada duitnya kan pasti lebih getol. 3 cara monetize yang paling top kata mas Arief adalah Ads-based, freemium, premium. Tinggal disesuaikan mana yang paling cocok dengan game yang kamu akan dibikin.

Virtual reality & firebase codelab
Sofian Hadiwijaya dari Cracker di Game DevFest 2015

Selain bahas spesifik soal game, khusus di Jakarta dan Surabaya. Ada sesi yang bahas soal developer in general. Seperti beberapa teknologi terbaru Google seperti Firebase, Google Carboard/Virtual Reality hingga Project Tango.

Codelab firebase di Game DevFest 2015


Selain sesi seminar, ada sesi workshop dimana peserta bisa langsung ngoding Firebase atau nyoba bikin aplikasi untuk cardboard. Firebase cocok untuk yang lagi mau bikin apps realtime. Sesi codelab Firebase di Surabaya dan Jakarta disampaikan oleh Andri Yadi dari Dycode.

Cardboard di Game DevFest 2015

Dan good newsnya adalah give away untuk mereka yang ikutan sesi codelab virtual reality adalah free cardboard!

Indonesia Android Academy graduation
Indonesia Android Academy panel

Salah satu program sebelum Game DevFest 2015 yang dibikin Google Developer Group (GDG) Indonesia adalah Indonesia Android Academy course untuk belajar Android dari level beginner. Program ini dikonsep blended learning, dimana pesertanya diberikan online modul dan juga pertemuan in-person dengan fasilitator yang mendukung proses belajar. Sama seperti program GDG Indonesia yang lainnya, program ini juga diselenggarakan di 5 kota, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Jogja dan Surabaya.

Simbolis Indonesia Android Academy


Di Game DevFest kami mengundang perwakilan dari peserta untuk berbagi bersama teman-teman yang hadir lainnya mengenai motivasi mereka ikut, dampak yang didapatkan setelah ikutan serta rencana project Android yang ingin dikerjakan.

TITIP FOTO NARSIS :P

Yang belum sempet ikutan programnya, pantengin terus social medianya GDG Indonesia!


Other awesome sessions

Seru kan? Nyesel kan kalo ga dateng? Apalagi lebih banyak keseruan yang ga bisa gw sampaikan semuanya. Dimulai dari swags dan networking dengan para developer, khususnya developer game.



Hingga berbagai demo teknologi yang jarang kamu dapatkan!


Special thanks to
Fotografer handal yang mengcapture berbagai moment, Apriska Afiolita. Dan duo MC luar biasa yang baru gw 'temukan' selama dua hari sebelum acara, Betari Aisah dan Ivan Hartanto. Dan makasih buat semua volunteer yang bantu terselenggaranya acara ini.



Sampai jumpa tahun depan, devs!

Read More

Monday, June 1, 2015

Google I/O Extended 2015: Semakin Antusias!



Konferensi terbesar untuk para developer yang dibikin sama Google ini selalu menjadi hal yang gue tunggu-tunggu. Mungkin begitu juga dengan para Google enthusiast lainnya. Soalnya setiap tahun kita selalu dibikin penasaran dengan berbagai pengumuman mengenai teknologi terbaru.

Tahun ini dari kantor ada lagi yang berangkat, yeay oleh-oleh! Yang berangkat Mbak Putri dan Koh Yansen wakilin GDG Jakarta. Mereka juga bareng dengan Yohan Totting (Google Developer Expert) dan Ce Maryati dari GDG Surabaya.

Karena tahun ini juga belum kebagian ke US (ngarep), jadi gue masih jadi MC sama kaya tahun kemarin. Tapi... ga mengurangi excitement-nya gue untuk bisa menyaksikan keynote Google I/O (28/05) tahun ini.

Penuh kan?

Kali ini kita bikin viewing partnya di Conclave, which is venuenya lebih kecil daripada acara tahun lalu yang bisa memuat audience 2x lebih banyak. Makanya hal yang paling bikin deg-degan pada saat orang-orang udah dateng adalah takut mereka ga kebagian tempat. Dan emang kejadian! Bahkan ada temen-temen yang duduk di tangga yang harusnya jadi jalan. Luar biasa deh antusiasnya ga pernah turun.

Foto bareng narasumber talkshow. Mas Wicak, Wong dan Carlo. Moderatornya Keke

Seperti biasa, sambil menunggu keynote yang emang dijadwalkan mulai jam 11an, kita ada talkshow terlebih dahulu. Narasumbernya sama dengan tahun kemarin, namun sekarang ada Mas Wong, CEO nya Altermyth. Karena ada mas Wong, jadi bisa ngobrol-ngobrol soal industry game terutama di platform Android.

Yang menang kuis Androidfy menang kaosnya Acu!

Hal yang menjadi ciri khas eventnya Google adalah swags. Selalu ada giveaway yang bikin orang tuh justru bahkan ada yang hanya ngejar swagsnya aja. Tahun ini swags dari Googlenya adalah tote bag. Terus kita GDG juga nyetak designnya Android yang dibikin Acu. Tapi very limited. Saking limitednya baju yang gue pake aja harus dibalikin. Hahaa

Keynote itu kan bisa sampe jam 2an, eh extended kali ini bahkan sampai jam 2 malem masih banyak orang. Luar biasa! Terus ya, acara kita diliput sama Nextren dan ada guenya. hehe

Kalo mau tau beberapa update dari Google I/O kemarin, cek artikel Ziliun aja ya. Sampai jumpa di Google I/O Extended selanjutnya guys!

Thumbnail foto diambil dari Gplusnya Yansen

Read More

Sunday, April 5, 2015

Android One: Hack for Impact


Anak Kibar emang ajaib! Dalam satu minggu, ada 3 kegiatan yang harus dimanage. Luar biasa! Jadi sehabis ITB InMove, terus Google Developer Summit, besoknya langsung Android One Hack for Impact.

Android One Hack for Impact adalah kompetisi yang dibikin sama Google Indonesia untuk mendorong para Android Apps Developer untuk menciptakan karya untuk menyelesaikan 3 permasalahan utama Jakarta, yaitu Transportasi, Kesehatan dan Pendidikan.

Ini di auditoriumnya Conclave
Dari ratusan aplikasi yang masuk, tim memutuskan untuk mengundang 50 peserta untuk hadir di acara Demo Day yang dilaksanakan pada 29 Maret kemarin. Meski ga semua dateng, tapi acaranya full house bro.

Sarapan dulu broo
Acaranya dibuka oleh perwakilan dari Google, yaitu Bu Shinto Nugroho (Head of Public Policy, Google Indonesia) dan perwakilan dari pemerintah, yaitu Pak Alberto Ali dari Pemprov DKI Jakarta. Karena ini acaranya untuk turut serta mempromosikan Android One, maka ga afdol kalo misalnya ga ada sesi untuk menjelaskan mengenai Andorid One. Maka mbak Sandy Tantra lah yang menyampaikan hal tersebut selaku Consumer Marketing Manager, Google Indonesia.

Di Conclave mendadak jadi ada Lolipop gara-gara Android One
Yang menjadi juri untuk kompetisi ini diantaranya adalah Andreas Senjaya dari Badr, mas Wicak Hidayat dari Kompas Tekno dan beberapa juri yang juga bagian dari juri kompetisi ide satu mulainya Android One.

Paralel pitch!
Setelah sesi pitch 50 besar yang diundang, kemudian juri memutuskan tim yang masuk tahap selanjutnya. Yaitu tahap 10 besar dimana yang terpilih harus melakukan presentasi ke semua juri dan audience yang hadir. Konsep acaranya mirip-mirip dengan Code for Vote yang pernah Google bikin juga.

Dari semua app yang submit dan yang masuk 10 besar, kebanyakan dari mereka kategorinya transportasi dan solusi yang ditawarkan rata-rata mirip. Beberapa dari mereka buat saya sendiri tidak asing. Bahkan 2 diantaranya adalah mahasiswa mata kuliah Tech Based Business dan 1 temen GSA saya, Saggaf yang bikin JadwalKRL.

Galauers!
Saat memutuskan siapa pemenang 3 besar adalah proses yang menegangkan. Sempet terjadi diskusi panjang. Yang which is wajarlah ya ada perbedaan pendapat, hal itu justru menunjukan antusias lebih dari juri untuk memutuskan hasil terbaik.

Jadi pemenangnya adalah BIT (Bus in Time) dari ITB. Ini salah satu anak Tech Based Business juga. Yang kedua adalah AppAja dan yang ketiga adalah dari kategori kesehatan, yaitu Vaccine Time. Selamat untuk para pemenang ya!

Duh saya kerjaanya bikin kompetisi terus, tapi jarang ikutan kompetisi.
Read More
Designed By Seo Blogger Templates