Tahun ini gue bisa kembali lagi ke bali (mawali malih ke Bali) setelah 2 tahunan lebih terakhir ke Bali untuk liburan. Tahun ini sebetulnya bukan untuk liburan, tapi untuk ngerjain
GAPURA yang kali pertamanya bikin di luar jawa, salah satunya Bali.
GAPURA Bali
|
Volunteer difoto sama om Dennis. Aneh banget groupienya dari belakang |
Kegiatannya (9/5) lumayan lancar. Pemerintah lokalnya sangat kooperatif dan mendukung penuh. Dengan memberikan venue yang luas serta makanan untuk peserta. Mereka juga mengundang para UKM binannya. Dari segi peserta, keliatan banget sih masih banyak yang belum paham soal online. Timpang ketika kita melihat UKM yang ada di jawa.
Semuanya lancar kecuali pada saat malam persiapannya, karena gue hampir ga tidur nungguin vendor multimedia yang ga mengerti soal standar kulitas yang kita set. Kita ga mau sedikitpun ada blur di proyektor. Sampe kita tungguin itu vendor untuk nyari proyektor pengganti yang lebih bagus. Tapi masih bisa tidur sih, meski kaya cuma 3 jam-an tidurnya.
Ada satu kejadian personal yang kalo orang tau itu akan sangat memalukan. Ihhhh! Makanya gue ga cerita karena memalukan. Haha
|
Babi ngok! |
Setelah selesai acara, langsung makan... Babi! Iya Babi. Katanya ini Babi yang terkenal, letaknya di restaruran Warung Sunset. Tapi sayangnya gue hanya makan fish and chips, gue ga begitu tertarik sama Babi. Hehe
Cuma sama mereka, shalat berjamaah masuk ke itinerary liburan
|
Ko seperti masjid? Iya. Cuma sama mereka shalat di masjid masuk ke itinerary liburan |
Jadi kenapa gue memutuskan untuk extend di Bali (10/5) meski ga punya duit banyak, yaitu karena ada yang bisa ditumpangi untuk sekedar berteduh. Yaaa! Mereka temen-temen di kantor sebelumnya di Bandung yang emang lagi ada projek di Bali. Mereka ada kontrakan gitu, jadi bisa tidur dengan nyaman tanpa mengkerutkan kening untuk membuat perhitungan penginapan.
Pangsit Mie Malang di Bali
|
Namnya Watrng Sutiharti |
Jadi kemana kita? Hal pertama yang gue lakukan bareng mereka adalah makan Mie Pangsit Malang. Loh ko di Bali beli kaya begituan. Cuma gegara yang punya adalah temennya si Ovan (salah satu temen gue). Temennya itu ternyata asli orang Dayeuh Kolot yang buka usaha di sini karena ikut suaminya yang asli Malang.
|
Itu mereka yang punya |
Yang punya tempat Warung Sutiharti ini ternyata pasang muda yang unik. Mereka berdua suka treveling, makanya pas nanya-nanya soal tempat bagus di Bali banyak kasih referensi. Sebelum pulang gue sempet bantu mereka untuk daftarin bisnisnya mereka ke Google Bisnisku. Supaya mereka mudah ditemukan di Google (masih kebawa sifat ambassadornya, dimana-mana promo).
Oya hampir lupa nyeritain makannnya mereka. Mhhh.. pokonya makanan sederhana nan cantik ini enaks!! Minumnya gue pesen ginger snow apa gitu lupa. Dingin, tapi jahenya hangat di tenggorokan.
Tiba-tiba ada iringan updacara adat Ngaben
Pas nunggu makanan di Warung Sutiharti jadi. Tiba-tiba gue dikagetkan dengan segerombolan orang memakai baju adat Bali datang dari arah yang sama. Ternyata mereka sedang melakukan updacara adat ngaben untuk membakar orang yang sudah meninggal. Katanya semakin tinggi peti nya, makan dia semakin kaya. Kali pertamanya liat! Dan orangnya tuh banyak banget yang mengiringi, semacam pawai Agustusan.
Ini bukan sem-balangan pantai, ini pantai balangan
Atas rekomendasi dari temen-temen Warung Suharti pula lah akhirnya kita menemukan pantai yang lumayan sepi ini. Lokasinya ga terlalu jauh dari lokasi makan tadi. Tapi harus pake mobil, kalo jalan mah jauh. Lokasi pantainya deket dengan pantai pandawa yang mungkin lebih dikenal orang-orang.
Jadi kan di pantainya ada tebing tuh, ternyata di sini ada semacam gua nya gitu yang bisanya dipake ibadah.
Bonus. Foto gue dengan kaos dan kacamata baru! FYI kalo kacamatanya udah rusak ga tau sama siapa. Padahal di simpen di kamar. #kezel
Read More