Bersyukur deh, kian hari banyak bermunculan pemimpin yang lebih bener. Artinya, Indonesia masih punya harapan untuk memperbaiki krisis kepemimpinan yang lebih terkenal korup daripada berprestasi.
Menurut saya, hal penting yang harus dipelihara oleh seorang pemimpin adalah kepedulian. Salah satu pemimpin yang menurut saya masih memiliki rasa peduli adalah Tri Rismaharini, walikota Surabaya.
Saat liburan (sekaligus kerja) ke Surabaya, anak-anak Kibar luar biasa beruntung bisa dijamu makan malam di rumah dinasnya Bu Risma. 3 jam ngobrol langsung dengan Bu Risma adalah 3 jam terbaik saya di awal tahun ini.
Setelah obrolan itu, saya semakin tahu, kagum dan terinspirasi oleh beliau. Fakta-fakta berikut sangat memberikan pengaruh positif untuk saya.
Selalu menggebu-gebu
Saat kita sampai di rumah dinasnya, kita masih meunggu kurang lebih 30 menit sampe Bu Rismanya nyamperin kita di ruang tamu. Sumpah nunggunya ga ngebosenin, karena makanan enak terus berdatangan ke meja.
Pas dateng ke ruang tamu, wajahnya pucet banget. Ibu baru aja dari dokter karena sempet kecapean abis ngurusin banyak hal terkait tragedi Air Asia. Beberapa pertanyaan yang sebetulnya udah saya siapkan jadi urung ditanyakan ngelihat Ibunya seperti itu.
Tapi setelah 2 jam menjelang dan diskusi semakin seru. Makin kelihatan deh gimana mengebu-gebunya walikota ini. Sampai-sampai beliau berdiri dari tempat duduknya untuk memperagakan saat beliau memarahi seorang TNI yang melanggar lalu lintas. Bu Risma selalu bersemangat dan menggebu-gebu dalam menjalankan tanggung jawabnya.
Ga mau jadi walikota!
Akhirnya datang juga! foto: Dhila |
Saat ditanya apa yang membuat Ibu akhirnya memutuskan menjadi walikota dan beredikasi total, Ibu malah jawab. "Saya ga mau jadi wali kota!".
Yang ga mau jadi wali kota aja bisa menjadikan Surabaya yang dulunya gersang, menjadi penuh taman sepanjang jalan, yang dulunya kotor, menjadi peraih piala adipura selama 3 tahun berturut-turut. Bahkan dinominasikan menjadi salah satu walikota terbaik dunia.
Taman, kebersihan dan anak muda
Suasana saat Bu Risma bercengkrama dengan peserta Start Surabaya. foto: Dhila |
Bu Risma pernah menjadi kepala dinas kebersihan dan pertamanan sebelum akhirnya menjadi walikota pada 2010. Ga heran kalo taman dan kebersihan menjadi konsentrasi beliau. Liat aja taman bungkul yang sekarang menjadi kebanggan kota Surabaya, yang selalu ramai diisi berbagai kegiatan dari rakyat Surabaya.
Selain taman dan kebersihan, beliau juga sedang rajin-rajinnya membahagiakan anak muda. Ibu baru saja meresmikan sebuah tempat balapan, untuk memfasilitasi anak-anak Surabaya yang sering balap-balapan di jalan. Keren kan? Sampe yang kaya gitu aja diperhatikan.
Karena kepeduliannya terhadap anak muda jugalah Ibu Risma mendukung penuh Start Surabaya, sebuah inisiatif Kibar yang berkolaborasi dengan banyak pihak, bertujuan untuk mendorong anak mudah Surabaya untuk bikin tech startup yang bisa menyelesaikan berbagai permasalahan sekitar.
"Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia.."
Seperti kata Soekarno, Bu Risma juga percaya bahwa pemudalah yang dapat mengguncang dunia.
Berangkat paling pagi, pulang paling malam
Walikota macam apa yang pergi pagi, pulang malam? foro: bisnis.com |
Saat perjalanan ke rumah dinasinya Bu Risma, rekan yang mengantarkan kami bercerita bahwa Bu risma selalu berangkat kerja paling pagi dan pulang paling malam. Pagi hari beliau bahkan pernah ikut memungut sampah, mengecek pohon tumbang, sampai mengecek pintu air untuk mencegah banjir.
Walikota macam apa ini?
Tulus, bukan pencitraan
Kalo waktu itu Pak Ahok sempat adu mulut dengan FPI melalui media massa. Ibu pernah bertatap muka dan ngomong langsung dengan FPI untuk mencegah supaya mereka tidak turun ke jalan 'menertibkan' kegiatan prostisusi.
Yang saya lihat meski pemberitaan tidak sebanyak Jokowi atau Ahok, tapi kerjaan dan prestasinya ga kalah berdampak.
Terima kasih sudah menjamu kami di rumahnya Ibu. foto: Dhila |
Di tengah-tengah obrolan saya ngerasa terharu bisa ketemu orang kaya beliau. Pengen jadi pemimpin tulus dan peduli seperti beliau deh. Amin.
Baca deh:
No comments :
Post a Comment