Mulai dari akhir Juni hingga bulan ini, banyak banget peristiwa penting. Mulai dari pemilihan presiden, dimana gue gagal milih setelah modar mandir ke beberapa TPS di daerah menteng. Ada juga piala dunia, yang sebetulnya ga ngaruh banyak buat gue, ga pernah nonton juga. Yang paling penting buat gue sih, Google I/O. Yap!
Google I/O kali ini beda, karena ada 3 orang dari kantor yang menghadiri langsung kegiatannya di sana, dan gue jadi pembawa acara dadakan di Google I/O Extended Jakarta.
Sepulangnya koh Yansen, Mbak Putri dan mas Benny, banyak banget cerita yang dibawa dari Silicon Valley, lo bisa akses beberapa ceritanya mereka di Ziliun.
Meskipun perjalanan mereka di Silicon Valley sudah berminggu-minggu yang lalu, demamnya masih berasa di kantor. Hari Jumat kemarin di kantor, mas Benny bikin workshop Design Sprint. Malamnya abis buka puasa, kita nonton bareng Sillicon Valley series yang setiap hari Minggu malam diputer di HBO.
Pied Piper dan Kejenakaannya
Dilihat dari judulnya, yaitu Sillicon Valley. Tergambar jelas bahwa series ini menceritakan mengenai startup, dimana disanalah markas dari berbagai startup yang mendunia.
Series ini menceritakan Richard Hendriks, seorang programmer pemalu dan tertutup yang bekerja di sebuah perusahaan raksasa bernama Hooli, di dunia nyata perusahaan itu ibarat Google. Selain kerja, dia dan teman-temannya bikin startup di sebuah inkubasi yang dikelola oleh Erlich Bachman. Mereka juga semua tinggal di sana, jadi inkubasinya tuh kaya sekalian tempat kosan. Inkubasi di Indonesia kayanya belum banyak tuh yang kaya gitu.
Produk yang mereka kembangkan adalah sebuah music app yang mereka kasih nama Pied Piper. Susah banget dan aneh kan namanya?
Richard menunjukan appnya ke brogrammernya di Hooli. Sempet juga picthing ke Peter Gregory, salah satu investor terkenal di sana.
Suasana kantor khas startup dengan work board dan meja berantakan |
Singkat cerita, CEOnya Hooli yaitu Gavin Belson dan Peter Gregory tertarik sama konsepnya Pied Piper. Terlebih pada algoritma kompresi data yang dimilik app tersebut, yang mereka yakinin sebagai terobosan baru dari algoritma kompersi yang sudah ada sekarang.
Akhirnya Pied Piper ditawar oleh Gavin seharga $10 million dengan sistem jual lepas. Di sisi lain, Peter Gregory juga nawar itu startup seharga $200,000 nilai investasi dengan 5% saham untuk Richard.
Setelah galau berkepanjangan, akhirnya Richard memilih tawaran $200,000 dengan berfikir bahwa dia akan terus menumbuhkan Pied Piper bersama-sama dengan kawannya. Tapi Gavin tidak tinggal diam, ternyata dengan penolakan dari Richard, dia dan timnya mengembangkan produk yang sama persis dan mencuri algoritma Pied Piper dari pre-release app yang pernah dikasihkan ke temennya sewaktu di Hooli.
Di akhir-akhir episode, persaingan raksasa Holli dan startup baru Pied Piper semakin panas. Apalagi dipertemukan di sebuah event yang sama dimana Holli merilis produk data kompresinya. Apa yang terjadi pada event itu? Dan bagaimana nasib mereka? Tonton sendiri ya. Biar penasaran kalo nonton. Simak deh trailernya, pasti lo jadi pengen nonton.
2 Pelajaran Tentang Manajemen
Ini adegan di episode terakhir, bukannya malah tegang, ini malah bahas mastrubasi. Tapi keren sih, dihubungkan dengan matematika gitu. |
Filmnya dikemas sangat konyol. Disetiap episode pasti pada ketawa. Pun begitu, ada nilai-nilai penting yang bisa diambil dari series ini. Apa sajakah itu?
Bikin Startup, Bukan Soal Produk
Mungkin banyak dari kita berfikir bahwa bikin produk bagus saja cukup untuk jadikan startup kita sukses. Tapi ternyata tidak! Pied Piper dengan terobosan algoritma data kompresinya yang begitu luar biasa saja, masih tetep banyak yang harus diurusin.Bahkan Richard harus melewati beberapa episode dulu hingga dia benar-bener terlihat siap untuk menerima funding itu dan mulai menjalankan startupnya.
Jangan Sembarangan Hire Teman dan Keluarga
Di series ini, Richard diceritakan punya sohib yang juga sama-sama kerja di Hooli. Mendengar kalo Richard baru aja dapet investor, sohibnya yang sering dipanggil Bighead, secara tidak langsung ingin bergabung di startup tersebut. Richard menyambutnya dengan senang hati meskipun dia tahu kalo Bighead tidak terlalu dibutuhkan karena tidak ada job desc yang jelas.Richard dan Bighead |
Setelah berdiksusi panjang, akhirnya Bighead dikeluarkan demi menjaga struktur organisasi yang baik. Beruntungnya, Bighead akhirnya dihire oleh Hooli untuk project saingannya Pied Piper.
Terkadang kita mungkin galau dengan kondisi seperti itu, tapi kita harus profesional dan tegas untuk kebaikan organisasi kita juga.
Selain dua hal diatas, ada term baru yang saya tahu dari film ini. Yaitu, Scrum. Singkatnya, itu adalah sebuah metodologi dalam pengembangan software yang mendorong tiap individu dapat bekerja secara bersama-sama menuju tujuan yang sama.
Kalo dilihat dari cuplikannya mereka, mereka kaya bikin daily todo gitu di work board menggunkan post-it. Ketika kerjaannya udah selesai, post-itnya dipindahkan. Mereka kaya bekerja dengan modul yang dibagi-bagi, jadi tidak bekerja secara sequential dan tidak saling menunggu.
Di season satu ini, ada 8 episode. Waktu kemarin, kita langsung beresin semua episodenya. Nonton deh, seru, geeky, menghibur, juga sarat akan pelajaran penting. Apalagi buat lo yang mau bikin startup!
No comments :
Post a Comment