Sunday, November 16, 2014

Magangan.com: Magangan Yang Anti Mainstream

Apa yang kebayang dibenak kalian soal magang? Apakah itu soal dicuekin pihak perusahaan sehingga ga ada kerjaan? Atau soal malesnya kalo sekalinya dapet kerjaan hanya memperbanyak dokumen atau lebih parah lagi hanya bikin kopi? Mudah-mudahan pengalaman kaya gitu ga pernah kamu alamin ya.Dari banyak cerita menyebalkan, Kibar akhirnya bikin Magangan, sebuah program magang yang ga mainstream. Peserta magangan diberikan kesempatan untuk terjun langsung ke berbagai project besar, seperti project Lentera dari Google kemarin.Setidaknya akan ada 3 hal yang peserta dapatkan melalui Magangan ini. Yaitu pengetahuan, pengalaman dan jaringan. Dan ada program menarik seperti #MestiBolos, #1JamUntukSelamanya dan #MaganganBeraksi. Di program #MestiBolos, mereka diajak ke berbagai kantor keren di Jakarta dan juga diajak ke luar kota untuk terlibat langsung di project.
Magangan lagi makan malem nih seusai ngerjain project di Lentera Bandung
Pada program Magangan angkatan pertama, kita memilih 3 orang dari kota yang berbeda, yaitu Jakarta, Jogja dan Semarang. Mereka memiliki latar belakang yang berbeda. Dari kiri, Farisa adalah mahasiswi Ilmu Komunikasi di Universitas Diponegoro, Yosefine adalah mahasiswi Desain Komunikasi Visual (DKV) di Universitas Bunda Mulia dan Kukuh adalah mahasiswa Teknik Informatika di STMIK Amikom.
Ini makan siang abis briefing di venue. Mana saya? Saya yang ngambil foto coy >.<

Di akhir program, mereka akan bikin project bareng-bareng yang tentu saja harus bermanfaat. Kira-kira seperti apa ya project akhirnya mereka ? Pantengin terus Cerita Magangan deh!

Untuk kamu yang tertarik sama program Magangan periode selanjutnya, siap-siap dapetin info terbarunya dengan follow twitternya di @magangancom.

Read More

ICSO 7th Anniversary: Logo & Semangat Baru

Ga tau gimana awalnya dan apa faktor yang mendorongnya, sejak SD saya seneng banget ikutan organisasi. Saat SD sudah ikutan pramuka, saat SMP ikutan pramukanya lebih total lagi dan bahkan pernah menjadi pratama putra (ketua). Saat masuk SMK, saya ga melanjutkan berorganisasi pramuka tapi bergabung dengan ekskul yang berhubungan dengan teknologi, yaitu Informatika Creative Student Organization (ICSO).

Waktu itu timingnya tepat banget, pas masa awal-awal masuk saya sangat nafsu untuk mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan coding related dan waktu itu diperdalam lagi di ICSO. Ya otomatis, belajar ngodingnya lebih cepet dari pada temen sekelas yang lain.

Karena totalitas yang saya berikan saat ikutan ICSO (tentu saja dengan kesempatan yang diberikan), saya akhirnya kepilih jadi ketua dan bikin berbagai program inisiatif. Saya menjadi ketua angkatan kedua, karena ICSO memang baru saja dibentuk.


Ga kerasa udah ulang tahun ke-7 aja, berarti udah berapa tahun tuh saya meninggalkan SMK tercinta dengan batik kotak birunya yang khas itu. Alhamdulillah saya bisa menyempatkan untuk hadir dan sharing di acara seminar yang diselenggarakan dalam rangka memeriahkan anniversary ini.

Peserta yang datengnya banyak banget dan rame. Ga nyesel deh maksain izin kerja meski lagi banyak banget yang musti dikejar. Terus jadi worth it juga harus kepaksa charter angkot dari Bandung ke Sumedang karena jam 12an malam udah jarang banget kendaraan umum.


Di Anniversarynya yang ke-7 ini, ICSO membuktikan prestasinya yang luar biasa dengan meluncurkan game anti korupsi yang mendapatkan apresiasi dari Kementerian Pendidikan dan Budaya. Selain itu, ICSO juga hadir dengan logo barunya yang lebih dinamis dan modern. Semoga dengan umurnya yang bertambah dan logonya yang baru, semangat untuk berkarya semakin berkobar ya teman-teman!


Read More

Sayana Bed and Breakfast: Homestay Murah & Cozy di Bandung




Selain terkenal berbagai macam kulinernya yang enak, Bandung juga terkenal dengan objek wisata alamnya yang asri, semisal daerah pegunungan di Lembang atau di Ciwidey. Ga heran kalo misalnya Bandung jadi pilihan alternatif orang Ibu Kota untuk melepas penat. Selain udaranya sejuk, orang di Bandung juga terkenal dengan keramahannya.

Kalo kalian ke Bandung, saya punya rekomendasi penginapan yang murah, nyaman dan kece. Yaitu Sayana Bed and Breakfast.

Rumahnya mungil tapi sangat elegan dan bikin betah. Kalo ibaratnya kata orang sunda mah leutik ge camperenik. Pas pertama masuk ke sini, berasa kaya di rumah-rumah yang dipake oleh sitkom di televisi.


Selain nyaman, tentu saja murah. Sebetulnya harganya ga beda jauh kalo misalnya kita nginep di hotel yang low budget kaya Fave atau Ibis Budget. Tapi yang jadi beda adalah experiencenya. Lokasi penginapan ini di Jalan Veteran. Ga terlalu jauh ke mana-mana ko. Pokonya rekomendasi deh!

Saya berkesempatan dua kali nginep di sini untuk kerjaan event yang memang diselenggarakan di Bandung, yaitu saat Gapura dan Lentera. Saya pengen deh suatu saat bawa keluarga atau istri saya ke sini #eeh
Read More

Monday, November 10, 2014

NgaduIde: Ngobrol Asik Dunia Usaha dan Ide


Pas masih di Bandung, saya beberapa kali dateng ke acara NgaduIde. Udah tau kan apa itu NgaduIde? Cek aja deh websitenya. Yang saya tau, NgaduIde itu kaya semacam community organization yang setiap bulannya bikin event semacam talkshow yang topiknya berhubungan dengan entrepreneurship.

Salah satu produk yang lagi mejeng di NgaduIde

NgaduIde cukup konsisten untuk bikin acaranya tiap bulan dan selalu dipersiapkan dengan baik. Yang bikin saya suka sama kegiatan ini adalah karena anak muda banget suasananya. Ga heran sih karena penggerak kegiatan ini adalah para pemuda-pemudi kreatif Bandung seperti teh Hani dan Kang Ivan.

Bisnis yang mejeng di sini gratis loh. Dan produknya pada bagus dan kreatip

Selain bentuk kegiatannya semacam talkshow, ada juga free space untuk para pebisnis mejeng dan jualan. Namanya terasIde. Bisnis yang mau mejeng harus kaya semacam ngisi form gitu lalu akan mereka pilih.


Teteh liat-liat tas tapi ga jadi beli

Saat ngaduIde terakhir saya kebetulan lagi di Bandung dan berkesempatan hadir bersama teteh tersayang. Mudah-mudahan di eventnya NgaduIde selanjutnya saya bisa hadir lagi atau bahkan bisa mejeng juga di terasIdenya. Mudah-mudahan ya!
Read More

GAPURA: Inisiasi Google Untuk UKM Indonesia!


Jauh sebelum saya masuk Kibar, temen-temen di Kibar sering share bahwa mereka akan punya project barengan Google untuk bantu Usaha Kecil Menegah (UKM) Indonesia. Sampai akhirnya saya masuk Kibar, eh ternyata projectnya baru dimulai di awal tahun 2014.

Setelah sempet gunta-ganti nama, akhirnya Google dan Kibar memutuskan nama projectnya adalah GAPURA. Filosofinya diambil dari nama gapura sebagai gerbang dari satu tempat ke tempat yang baru. Dalam konteks ini adalah gerbang menuju online dan atau mengoptimalkan online untuk kepentingan UKM Indonesia.

4 kota, ribuan peserta

Ini adalah project pertama yang saya terlibat dari awal karena ini juga project yang lumayan panjang, banyak banget pengalamannya.

Why?

Para pemilik UKM yang hadir di GAPURA

Ini penting! Saya pribadi selalu percaya bahwa segala seuatu yang diawali dengan niat dan alasan yang baik akan menghasilkan sesuatu yang baik juga. Dan beruntungnya, Kibar juga punya keyakinan yang sama. Di Kibar kita selalu menekankan why ketika membuat sesuatu. Dan karena itu pulalah ga sembarang project kita kerjakan.

Indonesia memiliki 74,6 juta pengguna Internet (APJII, 2013). Angka itu tentu saja akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Potensi ini tentu saja harus dimanfaatkan oleh pebisnis untuk memasarkan produknya. Tapi kenyataannya dari 55,2 juta UKM (Depkop RI, 2012), hanya sekitar 75.000 yang sudah go online (Asosiasi e-Commerce Indonesia, 2012).

Data tersebut semakin memperkuat why-nya kenapa saya pribadi harus total di project ini. Kalau semakin banyak UKM di Indonesia online, tentu saja semakin banyak UKM yang makmur dan bahkan banyak yang go internasional.

Plan for the best, prepare for the worst!


Kegiatan ini diselenggarakan di 4 kota yaitu Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya. Awalnya juga akan diselenggarakan di Bali, tapi karena kita ga begitu mengenal dan menguasai Bali, akhirnya batal dan diganti dengan penyelenggaraan di Jakarta hingga dua kali.

Sejak awal project ini berjalan, saya diberikan kesempatan untuk menjadi koordinator untuk kepesertaan. Meski kerjaannya lumayan menguras tenaga, waktu dan pikiran. Saya tetep ngerasa enjoy karena why-nya sudah kuat dan saya suka.

Semua foto gue dengan pejabat ga ada yang bener. Merem semua >.<

Selain mengenai kepesertaan, lewat project ini juga saya belajar banyaaaak banget. Dimulai dari persiapan event yang paling detail sekalipun saya taunya di project ini. Gila aja, project pertama langsung pegang project gede.

Pembicara inspiratif di GAPURA

Saya juga dikasih kesempatan untuk ngurusin ngundang-ngundang pejabat di project ini. Baru pertama kalinya ngundang pejabat. Karena sebelum-sebelumnya paling bikin event juga kecil-kecilan di sekolah/kampus, ga gede kaya gini.

Ga tau ngetawain apa

Saat pelaksanaan GAPURA Jakarta yang kedua, ada kejadian yang bikin semua panitia tegang. Sebelum itu plakat mau dikasihkan ke Pak Tifatul, plakatnya sempet patah. Untung akhirnya bisa di-lem. Saat momen difoto, itu adalah yang paling menegangkan karena takut tiba-tiba jatoh didepan. Hal-hal kaya gitu sering banget ditemui di setiap event! Ya harus plan for the best, prepare for the worst memang!

Panitia dan pendukung acara
Makasih buat semua yang bantu terlaksananya GAPURA dari semua kota ya. Sampai jumpa di GAPURA selanjutnya!
Read More

Grow with Google














Google itu punya banyak banget program yang buang-buang duit. Untuk menjalankan komunitasnya saja budgetnya lumayan loh. Bayangkan! Ada berapa community event yang disupport sama Google? Jenis komunitasnya saja sudah banyak, belum lagi ditambah dengan jumlah chapternya yang tersebar di ratusan negara. Terus kapan Google nyari duitnya?

Google itu punya mesin duit yang super, dan super bikin kaya. Yaitu advertising servicenya yang sudah sangat robust dalam berbagai platform. Pasti sudah sering lah liat iklan Google yang muncul di search engine maupun di Youtube.

Cupcakenya lucu kan?

Lalu gimana caranya Google me-maintenance servicenya? Adalah dengan cara mendorong semakin banyak orang beriklan di Google. Salah satu upaya yang dilakukan untuk market Indonesia adalah dengan menyelenggarakan event Google Partners yang disebut dengan Grow with Google (GwG).

Google Partners adalah program kemitraan bagi perusahaan/individu yang ingin membisniskan produk periklanannya Google. Ya kasarnya, Google Partners ini adalah program resellernya Google tapi dengan branding yang sangat rapih. Ya wajar lah sekelas Google memang harus seperti itu.

Lagi galau, sendirian

Melalui program Google Partners ini, yang bergabung akan mendapatkan privileges lebih serta online resource yang lengkap di portalnya. Tujuan dari acara Grow woth Google ini adalah mengajak perusahaan/agency yang potensial untuk mendaftar menjadi mitra.

Bantu peserta untuk signup
Kegiatan GwG ini sejalan dengan kegiatan yang pernah dibikin juga sama Kibar beberapa bulan yang lalu, yaitu Google Partners Academy. Kegiatan ini sudah dua kali diselenggarakan di Indonesia dan kegiatan sejenis juga diselenggarakan di negera lain seperti di Singapore, Vietnam dan Thailand.

Bantu nge-time keeper juga

Karena yang lead adalah nci Livana, saya sendiri ga terlalu banyak terlibat di kegiatan ini. Hanya sedikit bantu sebelum kegiatan dan saat kegiatan. Meski begitu, saya merasakan banget kalo misalnya kegiatan ini sangat well prepared. Ini juga karena yang punya hajat, yaitu Mbak Yanti selaku program coordinator di Indonesia juga sangat detail dan rapih, jadi ke kitanya juga ikut berdampak positif.

Di foto bersama dengan tim dari Google dan pengisi acara

Saya pribadi tertarik untuk menjadi Google Partners dan pengen belajar lebih dalam soal advertisingnya Google. Tapi kalo mau belajar selalu ketunda terus. Kapan ya?
Read More

Sunday, November 9, 2014

Alpha Leap: 2 Weekends for Building Startup


Sekarang trend startup digital semakin meluas dan mempengaruhi banyak hal. Bahkan Google Developer Group (GDG) dan Google Business Group (GBG) pun kabarnya akan lebih memfokuskan aktifitasnya menuju ke pengembangan ekosistem startup.

Kalo dulunya meetup GDG lebih banyak bahas soal produk Google terbaru apa yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan aplikasi, kini lebih spesifik diarahkan kepala tools apa saja yang bisa dipake untuk bikin startup. Google Developers merilis resource online Google Developers Startup Launch sebagai langkah awal mewujudkan hal tersebut.

Peserta dari Binus Internasional lagi memperkenalkan diri dan presentasi ide startupnya

Nah, juga dalam rangka perubahan format komunitasnya Google, GDG Jakarta dan GBG Jakarta dipilih untuk menjalankan sebuah pilot project berupa 2 weeks event untuk membangun startup. Ya kalo yang sudah sering dengar, ini sejenis dengan kegiatan Startup Weekend. Setelah diskusi panjang, akhirnya Alpha Leap, dipilih sebagai nama untuk project ini.

Networking dulu sebelum mulai

Bentuk kegiatan Alpha Leap ini semacam mentoring untuk berbagai topik, seperti mengenai visioning bikin startup, gimana cara milih co-founder yang baik, membuat formasi tim, perencanaan bisnis model hingga belajar design sprint, metode bikin design aplikasi dengan cepat.

Mas Waizly, CEOnya MArketeer Magazine

Yang menjadi mentornya adalah para penggiat startup digital yang sudah lebih dulu mencicipi berbagai liku membangun startup dari nol. Ada Benny, CEO Kreavi, Waizly Darwin, CEO Marketeers Magazine dan masih banyak lagi. Konten yang menurut saya paling insightful dan baru adalah materi dari Mas Waizly mengenai marketing toolkit, saya jadi tau kalo misal mau ngemarketing itu penting melakukan analisa yang mendalam dulu.

Ceria banget kan pas buka acara

Di project ini, saya menjadi koordinator untuk kepesertaan, ikut kontribusi di berbagai persiapan yang lainnya, juga jadi pembawa acara saat kegiatan.

Ciee seneng banget dapet kaos

Oh ya, Alpha Leap ini direncanakan akan juga diterapkan di negara lain. Tim di Kibar sedang mempersiapkan toolkit dan guidebooknya untuk bisa disebar ke berbagai kota dan negara di Indonesia. Keren ga tuh? Mudah-mudahan dilancarkan ya persiapannya! Amin.
Read More

Google for Entrepreneurs Day 2014: Disrupting Your Mindset


Tahun lalu, saya ikutan Google for Entrepreneurs Day sebagai peserta sebelum gabung di Kibar. Di pelaksanaan tahun ini, saya terlibat sedikit di persiapan sebelum dan sesudah acara. Ga berasa ya, berarti sudah hampir satu tahunan saya di Jakarta.

Kegiatan ini diselenggarakan pada 14 Oktober kemarin di Glitch Imaginarium, Fairgrounds. Tempatnya kece, gallery produk creative gitu mendadak jadi tempat seminar.

Google for Entrepreneurs Day itu kaya seminar gitu yang bahas soal entrepreneurship. Tahun lalu yang dateng itu adalah para mahasiswa yang berminat untuk bikin bisnis sendiri. Berbeda dengan tahun ini, yang dateng haruslah dari startup digital baik founder/co-foundernya.

Diskusi panel mas Jay, CEO Badr Interactive dan mas Wong, CEO Altermyth 

Kontennya sih lebih kepada mindset yang harus dimilki ketika ingin memulai sebuah usaha, misal seperti mengenai bagaimana harus belajar dari kegagalan dan manfaat dari berkolaborasi dengan pihak lain. Dan yang terpenting adalah bagaimana membuat sebuah bisnis yang tidak hanya menghasilkan banyak uang, tapi juga dapat bermanfaat untuk sekitar dan ikut berkontribusi menyelesaikan permasalahan bangsa.

Yang datang menjadi pengsi acara juga ga tanggung-tanggung, adalah mereka para penggiat startup digital maupun creative. Seperti dari Altermyth, Kreavi, Layaria, Fabula, Badr Interactive, Uber dan beberapa narasumber dari Google.

Ada artis euy

Acaranya menginspirasi! Pada waktunya sayapun akan mengikuti jejak mereka untuk bikin bisnis sendiri yang tidak hanya bisa menghidupi diri sendiri & keluarga namun memilik misi kebaikan. Amin.


Read More

Sumedang International Gamelan Festival 2014


Sejak jaman SMK di Sumedang, saya kenal betul dengan suara-suara di lampu merah yang mengatakan "Sumedang puser budaya sunda". Puseur artinya pusat dalam bahasa Sunda. Sampai hafalnya, slogan itu saya gunakan saat presentasi lomba cipta web di Universitas Pendidikan Indonesia sekitaran tahun 2010.

Dulu slogan itu cuma terdengar saja tanpa jelas terlihat apa langkah nyata dari pemerintah Kabupaten Sumedang untuk merealisasikan hal tersebut. Tahun ini, akhirnya keliatan juga melalui event pertama yang rencananya akan digelar secara berkala, yaitu Sumedang International Gamelan Festival 2014.

Dari berbagai kota, dari berbagai negara

Kolaborasi berbagai negara

Kegiatan ini melibatkan pemain gamelan dari berbagai daerah di Indonesia seperti dari Bali dan Pontianak. Lalu ada juga pemain gamelan dari negara lain seperti Jepang, Philippines, Mexico dan Rusia. Turut bangga bahwa orang luar pun turut serta dalam melestraikan budaya lokal. Bahkan ada ibu-ibu yang dari jepang nyinden loh.

Yang nyinden orang jepang loh

Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 hari berturut-turut di Alun-Alun Sumedang ini kalo saya lihat kurang sosialisasinya karena masih kurang banyak orang yang berkunjung dan menyaksikan kegiatan ini. Ini bisa menjadi bahan evaluasi untuk kegiatan sleanjutnya.

Menjadi pestanya rakyat Sumedang

Pada joged di akhir kesenian bangreng

Kegiatan ini menjadi pestanya rakyat Sumedang. Di akhir acara, ada sebuah kesenian bangreng yang bikin penonton berjoged bahagia. Oh ya, silahkan simak Youtube Playlist dari video yang saya upload saat kegiatan.

Ingin berkontribusi di kegiatan selanjutnya 

Joged saat kesenian bangreng

Saya suka berbagai hal yang berhubungan dengan seni budaya tradisional seperti ini. Beruntung Gilar, temen sekelas pas SMK bisa menjadi salah satu jajaka Sumedang yang bisa berkontribusi langsung di kegiatan ini. Kedepannya semoga saya bsia berkontribusi ya, melalui apapun. Melalui teknologi mungkin? Bisa saja.

Read More

Finally, BSI has Gone Google


Sebelum gabung sama Kibar, saya tahu kalo misalnya Kibar juga adalah salah satu partner Google untuk program Education Go Digital di Indonesia yang dimanage oleh Mbak Pepita Gunawan. Pas pertama kali masuk di Kibar sebetulnya saya sangat tertarik untuk masuk ke tim yang ngurusin program ini, tapi ternyata baru dikasih kesempatan baru beberapa bulan kebelakang.

Program Education Go Digital adalah inisiatif dari Google untuk mendorong pendidikan di seluruh dunia dengan memanfaatkan teknologi. Yang Google lakukan untuk program ini adalah membantu sekolah dan universitas dalam tiga hal, yaitu Access (infrastruktur dan co-investent dalam peningkatannya, Apps (Google Apps for Education) dan Support (dukung berupa training maupun online resource untuk access dan apps).

Sebagai partner, yang kami kerjakan di program ini adalah membantu kampus dalam tahap deployment atau pemasang apps hingga membantu sosialisasinya di kampus dan pelaksanaan launching. Ga mudah ternyata, terutama jika berkomunikasi dengan rekan-rekan di kampus karena harus menyesuaikan dengan jadwalnya mereka. Selama pegang program ini, yang sudah launching adalah Universitas Negeri Lampung (UNILA), Universitas Islam Negeri Syarifhidayatullah (UIN Jakarta) dan Bina Sarana Informatika (BSI). Yap termasuk BSI, karena judulnya soal BSI, jadi saya mau bahas spesifik dulu soal BSI.

Respon Yang Baik

Audiensnya banyak

BSI adalah salah satu kampus batch kedua yang diapproach oleh Google untuk program ini melalui kegiatan Education Leader Summit di berbagai kota besar di Indonesia termasuk Jakarta tentunya. Kampus batch ini adalah Universitas Tarumanegara (UNTAR), Universitas Mercu, Esa Unggul dan lainnya.

BSI jadi salah satu yang melanching aplikasi dan cepat deploymentnya. Bukan ada maksud tertentu karena saya ngampus di sini. Tapi lebih kepada response dari BSInya yang sangat baik. Saya awalnya ga begitu yakin responsenya akan seperti ini. Eh ternyata kepala IT nya sangat open minded dan akhirnya sepakat launching saat orientasi mahasiswa baru.

Panggung Megah & Ketemu Pak Naba

Noh sepanggung ama Pak Naba

Ini panggung terbesar yang saya naiki dengan jumlah audiensi yang sangat banyak. Bangga juga sih launchingnya Google Apps bisa dibikin semegah ini. Layar super besar di belakang bikin suasana kaya konser di RCTI #eaahh

Dari dulu banget saya pengen ketemu dengan yang namanya Pak Naba, direktur sekaligus salah satu pendiri BSI. Akhirnya lewat kegiatan ini saya bahkan bisa sepanggung langsung.

BSI has Gone Google, Terus?

Penampakan email dengan logo kampus

Ya karena sudah menggunakan Google Apps for Education, mahasiswa BSI akan dapet email dengan domain @bsi.ac.id dengan kapasitas penyimpanan yang unlimited (hampir 5 Tera lebih). Ga hanya email, tapi juga bisa pake Google Drive untuk penyimpanan dan untuk membuat dokumen berkolaborasi secara langsung.

Silahkan cek di portal mahasiwanya di bagian home, akan ada email kamu beserta password defaultnya. Email saya sutisna0105@bsi.ac.id, nah biasanya format emailnya adalah namadepan, tanggal lahir dan bulan lahir. Passwordnya tanggal lahir lengkap. Selamat mencoba ya!

Untuk saya, ini adalah permulaan dari PR yang masih banyak untuk membantu kampus di Indonesia memanfaat tools gratis dari Google ini. Mudah-mudahan diberikan kekuatan dan kelancaran. Amin.
Read More

Lentera: Internet Lebih Positif untuk Pendidikan


Blog ini seperti mati suri! Terakhir posting bulan Agustus kemarin. Lupa deh sama komitmen untuk bikin tulisan secara regular. Hanya bertahan selama dua bulanan hingga akhirnya harus lupa sama sekali. Sebenernya sih bukan karena sibuk, da sibuk apa atuh aku mah. Hanya saja ga banyak waktu luang yang bisa saya pake untuk nulis dengan santai. Baiklah lupakan saja, saya coba tebus kekhilafan saya dimulai dengan menulis soal pengalaman terlibat pada project Lentera.

Lentera ini projectnya Kibar untuk divisi public policy-nya Google Indonesia. Bentuk kegiatannya sih seminar biasa yang melibatkan guru, siswa dan perwakilan orangtuanya. Topik yang dibahas adalah mengenai pemanfaatan internet secara lebih sehat dan positif. Di dalamnya terdapat diskusi panel yang bahas gimana sih supaya internet lebih aman, seperti sesimpel mengamankan password dan membatasi informasi pribadi di dunia maya.

Kolaborasi, Kolaborasi, Kolaborasi

Lagi panel dirjen kominfo, dari Google dan ICT Watch

Meski memang yang punya hajat adalah public policy-nya Google, tapi project ini berkolaborasi dengan banyak pihak. Dengan divisi Google for Education, ICT Watch, Relawan TIK, Nawala, pemerintah kota setempat, kominfo dan kemdikbud.

Dari kolaborasi yang banyak ini saya kenal banyak orang baru. Dulu saya hanya mengenal mereka lewat internet saja melalui program-program yang dijalankan oleh ICT Watch misalnya. Saat project ini saya bisa duduk bersama untuk kesuksesan Lentera.

Kolaborasi memang banyak manfaatnya, tapi kadang jika kurang bisa membawanya dengan baik malah bakal berakibat kurang baik. Saya banyak mengambil pelajaran baru dari kolaborasi ini. Kolaboraisnya sempet menegang tapi alhamdulillah semuanya bisa berakhir dengan baik-baik saja.

Baronda ka Ambon!

Pisang goreng pake sambal, mantap!

Lentera ini dibikin roadshow sekaligus di 3 kota, yaitu Ambon, Surabaya dan Bandung. Yang paling exciting tentu saja Ambon, biar sekalian baronda (jalan-jalan) di Ambon. Kalo dulu hanya tau slogan Ambon Manise dan kabar keindahannya, kini sudah bisa menginjakan ke tanah yang beberapa waktu lalu sempet kisruh. Sekarang Ambon sudah aman banget!

Lentera yang diselenggarakan di Ambon cukup bikin tegang. Karena ini kota baru buat kita dan ga punya tim di sana. Untung saja ada tim Relawan TIK yang bantu koordinasi dengan peserta.

Foto rujaknya dari Saggaf

Setelah event, bisa jalan-jalan sebentar untuk menengok pantai Natsepa dengan rujak buahnya yang terkenal itu. Tapi saya pribadi ga trerlalu suka sama bumbu rujaknya. Saya lebih suka pisang goreng dengan sambalnya yang mantap!

Lalu nyempetin juga liat belut raksasa di daerah Morea. Belutnya beneran gede. Mereka hidup damai dengan penduduk setempat di sebuah sungai mata air yang jernih. Untuk membuat belut itu keluar dari sarangnya, sang pawang harus ngasih telur mentah sebagai umpan.

Nyempetin juga berkunjung ke Universitas Pattimura dan untuk bisa kesana harus nyebrang pake ferry. Norak banget lah baru pertama nyebrang pake kapal ferry.

2 Kali Gagal Ngundang Ridwan Kamil

Bu Risma lagi menyampaikan pembukaan

Di Lentera ini, selain mengundang pejabat dari kominfo, kemdikbud, dinas pendidikan, kita juga ngundang pejabat pemerintah kota setempat. Nambah lagi pengalaman untuk ngundang pejabat dari kementerian, karena pertama kalinya berhubungan dengan kemdikbud.

Udah dua kali ngundang Bu Risma untuk hadir ke kegiatan yang kita bikin dan keduanya selalu datang. Udah dua kali ngundang Pak Ridwan Kamil dan ga pernah bisa kesampean, saya merasa gagal #eaahh. Mungkin kegiatan selanjutnya bisa sempetin dateng ke acara kita ya, pak!
 

Jadi Panitia+Pengisi Acara


Di Lentera ini kerjaan saya lebih banyak dari sebelumnya, selain ngurusin undang mengundang pembicara, pejabat dan peserta, juga dapet kesempatan untuk mengisi sesi Google Apps for Education dibantu oleh temen-temen Google Student Ambassador lainnya.

Waktu di Ambon dan Surabaya ngerangkap panita dan pengisi acara sih masih berasa ga keteteran. Nah pas di Bandung baru deh keteteran. Pertama mungkin karena ga ada nci Livana yang biasanya supervisi meja registrasi dan saya juga kurang bisa mendelegasikannya ke orang lain.

Buat saya pribadi, Lentera Bandung memang yang paling kurang saat pelaksanaannya. Tapi saya tetap total dan bahkan kerja lebih banyak dari pada Lentera di kota sebelumnya. Tapi totalitas tersebut tidak serta merta setidaknya menunda caci maki terhadap noda kecil yang saya lakukan. Seolah noda kecil itu menghilangkan nilai dari totalitas yang saya lakukan. Saat itu, saya merasa seperti miss indonesia, semua mata tertuju kepadaku untuk caci makinya. Tidak apa, selalu banyak hal yang lebih baik diambil positifnya ko!


Pelaksaan kurang bukan berarti Lentera Bandung tidak sukses. Sukses berat. Peserta yang dateng nyaris kebanyakan dan saya sangat beruntung masih dibantuin sama temen-temen di Bandung. Padahal udah lama ga silaturahmi.


Terima kasih ya teman-teman semua untuk dukungannya di Lentera!


Read More
Designed By Seo Blogger Templates