Sunday, March 20, 2016

Give and Take: A Revolutionary Approach to Success


Akhir pekan ini, gw lagi mood untuk baca dan nulis. Kemarin dari abis sholat subuh akhirnya bisa kelarin Work Rules dan langsung nulis summarya supaya bisa gampang kalo suatu saat butuh lagi isi bukunya. Hari Minggu ini moodnya masih ada dan akhirnya gw beresin buku Give and Take: A Revolutionary Approach to Success (ini juga hasil pinjeman udah lama banget, sempet dititip lama di kosan temen di Jakarta pas pindahan lagi ke Sumedang).

Buku ini ditulis oleh Adam M. Grant seorang profesor muda di Wharton School of the University of Pennsylvania dan tentu saja seorang penulis. Selain buku ini, buku lain yang lumayan terkenal adalah Originals: How Non-Conformists Move the World. Kentara banget sih kalo yang nulis adalah akademisi. Bukunya penuh dengan data hasil berbagai research yang relevan dengan bahasan. Tapi menurut gw bukunya agak boring sih. Meski di sini banyak ceritanya, tetep agak kaku. Dan sama sekali ga ada gambar. Ada diagram-pun kalo ga salah cuma satu. Makanya gw banyak skip sih di beberapa bab. Meskipun begitu, banyak pelajaran penting di buku ini.

Yang membuat gw tertarik untuk membaca buku ini adalah karena judul dan bahasannya sesuai dengan apa yang diajarkan islam melalui berbagai keterangan tentang membantu, memberi dan berbuat kebaikan untuk orang lain.

Diriwayatkan dari Jabir berkata,”Rasulullah Shallallahualaihiwassalam bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)

Di buku ini, dijelaskan bahwa ada 3 kategori/style manusia berinteraksi.

  1. Giver adalah tipikal orang yang ketika membantu mungkin tidak terlalu memikirkan cost-benefit analysis bahwa apakah yang dia berikan sesuai dengan apa yang dia dapatkan. Atau bahkan ketika membantu tidak mengharapkan timbal balik apapun.
  2. Taker adalah tipikal orang yang ingin mendapatkan sesuatu lebih banyak daripada yang bisa dia berikan dan meletakan kepentingan pribadi diatas orang lain. Takers percaya bahwa dunia sangat kompetitif, "dog-eat-dog" place. Mereka merasa bahwa untuk sukses, dia harus lebih baik daripada yang lain. Untuk membuktikan kompetensinya, mereka self-promote dan make sure mereka mendapatkan credit dari semua effort yang dilakukannya.
  3. Matcher adalah tipikal orang yang mengharapkan sesuatu yang seimbang antara apa yang dia dapatkan dengan apa yang dia berikan. Mereka memegang teguh prinsip keadilan dalam membantu orang lain.
3 kategori itu tidak hanya untuk orang-orang yang melakukan sedekah atau ikutan social project, tapi juga untuk kita yang bekerja di sebuah organisasi maupun bermasyarakat. Dari ketiga ketagori itu, mana yang menurutmu yang menjadi paling sukses di karir/kehidupan?

Di awal bab penulis menceritakan kisah tentang entrepreneur yang sedang mencari dana dan seorang investor. Dikisahkan bahwa investor di cerita itu adalah seorang giver. Dan karena dia giver, dia mendapatkan hasil yang kurang begitu menguntungkan. Di cerita ini seolah menunjukan bahwa menjadi giver akan berada di disadvantage situation. Dan tahukah kamu bahwa itu benar adanya! Seorang giver berada di paling bawah tangga kesuksesan pada berbagai bidang penting.

Taker dan matcher berada di level rata-rata tangga kesuksesan. Lalu siapa yang berada di level teratas tangga kesuksesan? Dia adalah giver! Ko bisa gitu ya? Bisa.. karena givers itu bisa dibilang ada dua jenis. Nih gw bikinkan diagramnya.

Ini satu-satunya diagram di bukun ini yang ditampilkan sangat sederhana






Gw coba rangkum bedanya ya:

  1. Selfless givers adalah orang yang mengutamakan kepentingan orang lain tapi sangat menyimpan kepentingan diri pribadinya jauh dibawah itu. Mereka memberikan waktu dan energi mereka tanpa memperdulikan kebutuhannya.
  2. Otherish givers adalah tipe givers yang paling baik. Mereka membantu orang lain, bahkan tanpa pamrih namun tetap memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan dirinya. Insted of pusing dengan self-intreset dan other-interset, mereka kadang mengintegrasikan keduanya sehingga menjadi sesuatu yang lebih baik. Misal nih kita mau berbuat baik untuk bantu anak jalanan belajar membaca. Selfless giver mungkin saja melakukannya pulang sekolah/kuliah/kerja, padahal belum makan dan ada beberapa janji ketemu orang. Yang akhirnya meski melakukan hal yang baik, kita mengorbankan hal baik lainnya.  Otherish mungkin punya strategi yang baik untuk melakukan hal itu, dia akan membantu anak jalanan itu setelah makan dan komunikasi untuk reshcedule janjian sama orang.
Dan kategori orang yang levelnya paling tinggi di tangga kesuksesan adalah mereka yang otherish givers.

Jika sebelumnya kita tahu bahwa yang ngedrive kesuksesan adalah hal-hal yang fokus kepada diri kita seperti passion, hard work, talent dan keberuntungan. Kini tidak hanya itu. Kesuksesan sekarang juga ditentukan dari bagaimana kita berinteraksi dengan yang lain. Buku ini coba membuktikan bahwa dengan berbuat baik dan menjadi giver tetap bisa menjadi sangat sukses. Untuk cerita lebih dalam mengenai apa yang ada di buku ini, silahkan beli di toko terdekat atau pinjem temen. hehe

Islam telah mengajarkan kabaikan ini sejak lama, Barat baru belakang ini saja menyadari hal ini. Dan sudah seharusnya lah kita menerapkan dan mempromote hal ini lebih dari yang dilakukan mereka. Menanggapi pandangan Barat yang sesuai dengan islam menurut gw bagus, karena mereka selalu membuktikannya dengan hasil research. Menjadi pelengkap referensi kita bahwa sikap giver bisa menjadi giver yang sukses apapun profesi kita.

Karena penulis juga adalah Ph.D. in organizational psychology, ga heran kalo di dua bukunya, dia bikin online assesstment, dan gw sudah coba ngambil dan ini hasilnya.

Mudah-mudahan bener ya kenyataannya! Amin


Jadi kamu giver, taker atau matcher?
Read More

Saturday, March 19, 2016

Work Rules: Checklist to transform team & workplace


Google menginspirasi gw di banyak hal. Dan Alhamdulillah sejak terpilih jadi Google Student Ambassador gw semakin mengenal Google lebih dekat dan mendapatkan akses ke berbagai hal yang berhubungan dengan Google yang sering juga gw catat di blog ini.

Gw yakin, Google tidak hanya menginspirasi gw, tapi juga jutaan orang di seluruh dunia. Selain berbagai inovasi produknya, yang membuat gw kagum adalah bagaimana mereka memperlakukan orang-orangnya.  Google mendapatkan pengakuan #1 Best Company to Work For di berbagai negara, #1 Top Diversity Employer dan the best company for women in technology.

Sebagai Google fan boy, gw ingin mempelajari lebih dalam bagaimana Google dijalankan dan bagaimana memperlakukan karyawannya. Hal itu sangat relevan karena saat ini gw sedang merintis perusahaan, Leap Up. Hasil pinjem buku Work Rules dari ce Febria, akhirnya gw beresin dalam waktu sebulan 2 minggu. Lama banget sih beresinnya, karena bulan February kemarin banyak interupsi dan karena ini bukunya bahasa Inggris, jadi sambil buka kamus sesekali. hehe

Buku ini ditulis oleh Laszlo Bock, Senior Vice President of People Operations nya Google. Semacam kepala HRD lah kalo di Indonesia mah. Buku ini memang bicara soal Google dari sudut pandang dia sebagai HR, tapi lewat buku ini kita bisa kenal lagi culture-culture yang diterapkan Google seperti keterbukaan dan freedom. Buku ini pas banget dibaca sama founder startup, karena bisa mulai menerapkan ide dan inovasi people operation Google meski di tim yang masih kecil.

Gw tuliskan beberapa point penting dari setiap chapter untuk sebagai reminder pribadi maupun pembaca blog gw:

Chapter 1

Work rules.. for becoming founder

  1. Choose to think of yourself as a founder
  2. Now act like one
"..My job as a leader is to make sure everybody in the company has great opportunities, and they feel they're having a meaningful impact and are contributing to the good of society.." Salah satu quote dari Larry yang menggambarkan bagaimana seorang leader seharusnya berpikir.


Chapter 2


Work rules.. for building a greate culture

  1. Think of your work as a calling, with a mission that matters
  2. Give people slightly more trust, freedom, and authority than you are comfortable giving them, if you're not nervous, you haven't given them enough


Chapter 3

Work rules.. for hiring

  1. Given limited resources, invest your HR dollars first in recruiting
  2. Hore only the best by taking your time, hiring only people who are better than you in some meaningful way, and not letting managers make hiring decisions for their own teams.
Cara mereka rekrut orang sangat ninja. Mereka tidak kompromi pada kualitas dan hiring decision ditanggapi sangat serius.


Chapter 4

Work rules.. for finding exceptional candidates
  1. Get the best referrals by being excruciatingly spesific in describing what you're lookimg for
  2. Make recruiting part of everyone's job
  3. Don't be afraid to try crazy things to get attention of the best people
Point 2 itu beneran. Sekitaran bulan Januari/Febuary gw dibantuin sama salah satu kenalan Googler yang kantornya di Singapore untuk apply suatu posisi. Dan dia yang langsung referalin. Seminggu kemudian ada balasan bahwa gw belum memenuhi kualifikasinya mereka. Mhh.. first try lah wajar! Terus ga lama dari itupun temen gw direferalin untuk jadi Language Specialist. Jadi Googler tuh kalo misal yang direferalin masuk, mereka bakal dapet bonus.


Chapter 5

Work rules.. for selecting new employees
  1. Set a high bar fo quality
  2. Find your own candidates
  3. Acsess candidates objectively
  4. Give caniddates a reason to join


Chapter 6

Work rules.. for mass empowerment
  1. Eliminate status symbols
  2. Make decision based on data, not based on the managers' opinions
  3. Find ways for people to shape their work and the company
Budaya ga enakan organisasi di Indonesia seharusnya bisa disolve dengan menerapkan rules 2 di Chapter 6. Jadi, meski opini dari manager, tetap harus ada data yang menunjang. Dengan begitu karyawan di bawahnyapun bisa mempunyai kesempatan untuk pendapatnya didengar.


Chapter 7

Work rules.. for performance management
  1. Set goal correctly
  2. Gather peer feedback
  3. Use a calibration process to finalize ratings
  4. Split reward conversations from development conversations
Chapter ini pengen gw coba. Meski anggota team masih sedikit tapi seharusnya segala sesuatunya harus diukur.


Chapter 8

Work rules.. for managing your two tails
  1. Help those in need
  2. Put your best people under a microcope
  3. Use surveys and checklist to find the truth and nudge people to improve
Di bab ini insightnya adalah prioritaskan perhatikan kepada anggota tim dengan performance paling baik dan paling buruk. Yang paling baik tentu adalah assets, jangan sampai dengan kontribusinya yang besar, ia merasa tidak diapresiasi. Yang paling buruk belum tentu tidak berbakat, mungkin saja rolenya sekarang kurang cocok, bisa jadi di role yang lain dia adalah performer yang paling baik.



Chapter 9

Work rules.. for building a learning institution
  1. Engage in deliberate practice: Break lessons down into small, digestible pieces with clear feedback and do them again and again
  2. Have your best people teach
  3. Invest only in courses that you can prove change people's behavior
Chapter yang ini relevan dengan yang pernah gw tulis, soal learning organization. Dan sebelumnya gw juga pernah baca artikel blog yang insightful di blognya Zenius tentang Deliberate Practice (DP).


Chapter 10

Work rules.. for paying unfairly
  1. Swallow hard and pay unfairly. Have wide variations in pay that reflect the power law distribution of performance
  2. Celebrate accomplishment, not compensation
  3. Make it easy to spread the love
  4. Reward thoughtful failure
Gw serasa didukung bahwa menggaji karywan dengan nominal yang beda untuk title role yang sama tapi kontirbusinya beda itu sah saja.



Chapter 11

Work rules.. for paying efficiency, community, and innovation
  1. Make life easier for employees
  2. Find ways to say yes
  3. The bad stuff in life happens rarely.. be there for your people when it does.
Di chapter ini ada cerita-cerita treatmen yang dilakukan Google kepada karyawannya yang baru saja punya anak. Ini sangat perlu untuk menunjukan bahwa kita sebagai company care mengenai hidupnya karyawan.


Chapter 12

Work rules.. for nudging toward health, wealth and happiness
  1. Recognize the difference between what is and what ought to be
  2. Run lots of small experiments
  3. Nudge, don't shove


Chapter 13

Work rules.. for screwing up
  1. Admit your mistake. Be transparent about it
  2. Take counsel from all directions
  3. Fix whatever broke
  4. Find the moral in the mistake, and teach it


Chapter 14

Work rule
  1. Give your work meaning
  2. Trust your people
  3. Hire only who are better than you
  4. Don't confuse development with managing performance
  5. Focus on two tails
  6. Be frugal and generous
  7. Pay unfairly
  8. Nudge
  9. Manage the rising expectations
  10. Enjoy! And then go back to No. 1 and start again

Masih pengen tau? Silahkan cek slidenya Laszlo Bock atau blog Google for Education mengenai Work Rules. Atau masih pengen tau lebih lanjut? Silahkan beli di toko buku terdekat!
Read More

Rita & Sutisna: Wedding Story


Ga nyangka sekarang udah nikah. Sekarang deket-deket sama istri jadi wajib hukumnya. Dan checklist malam jumat jadi sempuran dengan istri. hehe

Pelaksanaan nikahnya waktu itu adalah di rumahnya istri gw. Rumahnya lumayan jauh dari Sumedang, tepatnya di Dayeuh Luhur. Salah satu pegunungan di Sumedang yang orang-orang sering kesana untuk wisata ziarah karena di sana katanya pernah dijadikan pusat pemerintahan Sumedang Larang ketika melawan Belanda. Di sana juga ada makam Putri Haribaya, istrinya Prabu Geusan Ulun.

Meski jauh, tapi ga sia-sia mengejar cinta hingga pegunungan Dayeuh Luhur karena gw seperti mencari tuan putri kerajaan.

Proses akad nikah. Santai tapi tetep berasa deg-degan pas ucap ijab

Sebenarnya, rukun pernikahan itu sangat sederhana. Adanya calon suami & istri, wali nikah calon istri, 2 saksi dan mas kawin. Proses akad nikah ga sampai 30 menit. Tapi persiapannya dan prosesnya luar biasa melelahkan. Banyak banget hal-hal yang dilaksanakan yang sebetulnya mengikuti tradisi saja, bukan merupakan anjuran Islam. Misal seperti prosesi seserahan, upacara adat dan berbagai prosesi lainnya. 

Nungguin pacar yang udah halal. Mukanya tegang penasaran gitu ya?

Untuk yang mau menikah, sebetulnya jangan dipaksakan untuk bisa menikah sesuai dengan tradisi sekitar jika memberatkan. Karena pernikahan memang seharusnya tidak menjadi beban untuk yang ingin melaksanakannya.



Meski tradisinya kadang bikin ribet, tapi gw tetep suka dengan tradisi pernikahan sunda seperti sawer, injak telor, sungkeman maupun pecahin kendi. Sawer itu katanya simbol berbagi kebahagiaan di hari pernikahan dari kedua keluarga.

Tuh kan ibu-ibu seneng banget lempar-lempar saweran
Proses sungkeman selalu menjadi paling mengharukan. Doa dari orangtua kepada anaknya tulus terucap untuk kebaikan. Entah kenapa pada saat sungkeman sama Mamah Adil adalah yang gw nangis. Mamah Adil adalah mamahnya temen paling deket gw sejak kecil dan sudah gw anggap seperti mamah sendiri. Pernah waktu pas SMP, gw ikut camping dan ada momen dimana bahas soal Ayah dan gw nangis karena kangen Ayah yang sudah meninggal. Dan waktu itu yang gw peluk sambil nangis adalah Mamah Adil. Momennya persis seperti kemarin nikahan. 


Kini gw punya tambahan dua orang tua yang sama-sama harus diperhatikan, yang sama-sama dimana gw berikan bakti sebagai anak.


Terima kasih untuk teman-teman yang telah memberikan doanya untuk kami dan teman-teman yang menyempatkan hadir ke Dayeuh Luhur. Ada beberapa temen yang dateng dari Bandung. Terharu banget karena perjalanan Bandung-Sumedang nya aja udah jauh, belum Sumedang-Dayeuh Luhurnya.

Udah dulu ya postingnya. Mau pacaran dulu sama istri. Bye! hehe
Read More

Monday, March 7, 2016

Carita ti Ngariung Bubuka


Cross-posted dengan blog Sumedang Creative Forum.

Kami dari tim koordinator Sumedang Creative Forum mengucapkan terima kasih banyak utuk semua pihak yang mendukung terselenggaranya Ngariung #1 yang pertama kali diselenggarakan di Lazy Very pada 18 Februari 2016 kemarin.
Terbentuknya Sumedang Creative Forum berawal dari kami yang merasa bahwa setiap anak muda harus dapat berkontribusi ke daerahnya dalam apapun bentuknya. Karena kami memiliki latar belakang di bidang kreatif, akhirnya kami memberanikan diri untuk membuat inisifatif ini.
Kegiatan diawali dengan perkenalan dari perwakilan komunitas yang hadir. Perwakilan komunitas dan individu yang hadir kurang lebih 50 orang. Untuk sebuah permulaan, Ngariung #1 kami rasa terselenggara dengan cukup baik. Setidaknya kami bisa kembali berkumpul dengan anak muda Sumedang yang tertarik dan ingin mengembangkan bidang kreatif di Sumedang, saling berdiskusi dan memberi ide.
Creative people yang kami ajak share di Ngariung kali ini adalah Kang Rangga Wiangga, owner Madman Wear. Salah satu brand clothing di Sumedang yang terus berinovasi. Ada juga Kang Krisna Setiawan sebagai perwakilan dari Komunitas Hobi Foto Sumedang. Dan Winda A.G, seorang mahasiswa Karawitan STSI yang sudah mendalami seni tradisional Sunda sejak kecil.
Dari Kang Rangga yang seorang creativepreneur, kita meyakinkan bahwa berkarya juga bisa menghidupi kita. Dan berbisnis itu bukan soal punya modal berapa banyak, tapi soal pola pikir dan keberanian. Jangan sia-siakan jika ada peluang di depan mata!
Dari Kang Krisna, kita diingatkan kembali soal pentingnya passion dalam berkarya. Meski menempuh pendidikan IT, tapi Kang Krisna memberanikan diri ‘belok’ ke bidang fotografi yang lebih diminatinya.
Konsistensi Winda di seni tradisi memberikan inspirasi untuk kita. Bahwa apapun yang kita lakukan secara konsisten, meski skalanya kecil, akan memberikan dampaknya berarti.

Insight bermanfaat tidak hanya didapat dari creative people yang hadir sebagai narasumber, tapi dari perwakilan komunitas kreatif yang hadir. Yang paling selalu teringat bahwa perubahan baik hanya akan tercapai dengan cepat ketika setiap dari kita berkontribusi dan saling berkolaborasi. Kolaborasi tidak harus terpaku pada ‘label’ dimana kita berpijak, fokuslah kepada visi dan apa yang kita lakukan untuk Indonesia, dimulai untuk Sumedang.
Terima kasih kepada Lazy Very, Madman Wear, Media 3 dan eRKS yang telah mendukung terselenggaranya Ngariung #1. Sampai jumpa di Ngariung selanjutnya!
Read More

Prewedding Story: Pernikahan Dini?


"Pernikahan dini Bukan cintanya yang terlarang. Hanya waktu saja belum tepat Merasakan semua"

Jadi inget zaman baheula ya? Sinetron yang sempat menjadi legenda di tahun '90 ini seakan memunculkan pertanyaan (mungkin) banyak orang mengenai pernikahan kami.

Apakah tidak terlalu dini untuk menikah?
Mhhh... jika bicara soal umur, mungkin Tisna menikah sedikit di bawah umur rata-rata pria menikah yang kebanyakan di kisaran umur 25-27. Pun begitu, tidak melanggar undang-undangan Republik Indonesia mengenai minimal usia pernikahan (perempuan minimal 16 tahun, laki-laki minimal 18 tahun). Untuk Rita, usia 22 tahun sangat cukup untuk menikah. Ukuran dini atau tidaknya memang parameternya tidak hanya dari umur, tapi juga parameter kesiapan yang lain. Misalnya kesanggupan memberikan nafkah.

Keputusan yang dibuat terburu-buru bisa berujung penyesalan loh!
Setuju! Segala keputusan penting memang harus dipikirkan dengan kepala dingin dan dipikir baik-baik. Untuk mengambil keputusan menikah, kita sudah melakukan perkenalan selama 7 tahun dan sudah kurang lebih 3 tahun sejak pertama kali kedua keluarga kumpul untuk merencanakan ini. Jadi Insha Allah ini bukan keputusan yang terburu-buru.



Pertanyaan lainnya
Kan shalatnya belum bener? Istiqomah barengan memperbaiki shalat lebih asyik ko. Kan belum selesai kuliahnya? 4 bulan setelah menikah kan bisa diselesaikan. Kan belum punya kantor sendiri? 6 bulan setelah menikah kan bisa. Kan belum punya rumah? 1 tahun setelah menikah kan bisa. Kan belum punya mobil atau S2? 2 tahun setelah menikah kan bisa.

Suatu pernikahan memang akan merubah banyak hal dari seorang pemuda/pemudi. Tapi Insha Allah lebih banyak perubahan positif daripada perubahan negatif. Pernikahan yang sakral tidak seharusnya menjadi penghalang untuk berbagai hal yang ingin kita capai dalam hidup. Justru harus dijadikan momentum untuk mengakselerasi hal itu.

Dalam kepercayaan kami, pernikahan adalah Sunnah dari Rasul Muhammad SAW. Dari suatu pernikahan, kita disempuranakan sebagian dari agama kita, ditinggikan derajat kita dan dilipat gandakan padahal dari setiap hal baik yang kita lakukan.



Jadi jika sudah siap, jangan cari pembenaran lain untuk menunda pernikahan! Mudah-mudahan pernikahan Rita & Sutisna menjadi pernikahan yang Sakinah, Mawadah, Warahmah (damai, tenang dan tentram). Amin.
Read More

Prewedding Story: Vision, Passion & Contribution



Tahun 2016 penuh kejutan seperti roller coaster. Bukan hanya karena tanggal 9 Maret ada gerhana matahari total yang hanya terjadi di Indonesia yang bertepatan dengan hari pernikahan kita, tapi juga karena tahun ini Tisna mengambil keputusan yang berani soal perjalanan karirnya.

Tisna yang belum lulus dan baru pengalaman bekerja selama 2 tahun di perusahaan terakhirnya bekerja - KIBAR yang superb keren dan impactful - seperti sedang berada di puncak karir. Tisna mendapat banyak kepercayaan untuk bisa nge-lead berbagai project Google, coworking space pertama dan teraktif di Surabaya, Forward Factory, program inkubasi tingkat kota pertama di Indonesia, Start Surabaya dan berbagai project impactful lainnya.

Meski masih akan banyak berbagai kesempatan yang bisa dicapai selama di Kibar. Dan mungkin belum tentu bisa Tisna dapatkan di tempat lain. Tisan tetap menggambil keputusan untuk memantapkan diri resign dan membangun usahanya sendiri. Seperti yang sering disampaikan oleh Foundernya Kibar, ko Yansen Kamto bahwa anak Kibar itu hanya boleh kerja 2 tahun, setelah itu harus keluar dan bikin perusahaan sendiri. Dan Alhamdulillah Tisna dengan bangga bisa menjadi salah seorang dari anak Kibar yang membuktikan omongan tersebut.



Sekarang Tisna dan co-foundernya Febria sedang merintis Leap Up, technology company yang ingin berkontribusi untuk Indonesia melalui pendidikan, teknologi dan kewirausahaan. Sebagai startup bayi, kami sangat bersyukur bisa tumbuh dengan lumayan cepat. Di Desember ini, hanya Tisna dan Febria yang menjalankan Leap Up. Kini ada 7 orang anggota tim yang tersebar di Sumedang, Bandung dan Surabaya. Kita juga bersyukur di awal perjalanan Leap Up kita bisa mendapatkan profit yang dapat digunakan untuk operasional beberapa bulan kedepan, bahkan hingga sampai akhir tahun. Jauh sebelum itu, kita juga bersyukur bisa membuat program kolaborasi dengan IDCloudHost yang kami beri nama EKA BIMA.

Keputusan untuk merintis usaha sendiri bukan tanpa Drama, justru pihak keluarga terdekat yang ngerasa paling deg-degan karena di bulan Maret Tisna bakal menikah sedangkan pendapatan 'tidak jelas' dan tabungan habis untuk modal usaha (beli Macbook  >.< ). Tapi karena keyakinan mengenai niat baik akan selalu diberikan jalan yang baik pula.



Rita hingga saat ini masih bekerja di sebuah brand muslim lifestyle di Bandung. Namun juga akan berencana resign dan coba menerapkan ilmu yang didapat ke perusahaan rintisan sendiri.

Menjadi pengusaha memang banyak deg-degannya tapi juga banyak berkahnya. Karena banyak manfaat yang bisa didapat dimulai dari kita berkontribusi pada permasalahan atau kebutuhan masyakarat, memberikan lapangan pekerjan, dan bisa menghasilkan profit dari sesuatu yang kita sukai, sesuatu yang merupakan passion kita.

Karena kita akan menikah, tentu visi masing-masing dari kita adalah visi bersama. Tisna ingin berkontribusi dan berkarya lewat pendidikan, teknologi dan kewirausahaan. Rita ingin berkontribusi lewat pendidikan dan berkarya lewat muslim lifestyle. Dan itu semua kini visi bersama.



Kami menyadari bahwa hidup adalah perjalanan yang dinamis, kadang berhasil, kadang gagal, kadang untung, kadang rugi, kadang senang, kadang sedih. Dan Insha Allah kini kami akan saling mengingatkan dan mengkuatkan. Amin.

Read More

Prewedding Story: Book & Learning



Di zaman internet kaya gini, untuk dapet informasi ga harus dari buku, cukup Googling aja bakal dapet apa yang pengen lo tau. Tapi menurut kita buku tetep tak tergantikan. Buku itu ketika kita baca bukan hanya dapet informasi baru, tapi juga bisa menerawang kedalam pemikiran penulisnya. Lewat buku, kita bisa ngementor dari orang yang sudah meninggal dan berjaya ratusan tahun yang lalu.

Karena kita sadar akan pentingnya buku dan membaca buku, kita mau memaksakan diri untuk membiasakan membaca buku. Ya start dari satu buku per bulan untuk masing-masing dari kita. Kita udah janjian bakal bagi-bagi tugas soal ini. Rita bakal budgetin dan beli bukunya, Tisna harus kasih rekomendasi, kurasi dan decide buku mana yang bakal dibeli di bulan itu.

Kalo ditanya buku apa yang pengen kita baca. Lumayan banyak sih diantaranya buku islam, personal development, leadership dan sastra. Kemarin Tisna sempet baca satu artikel yang bilang bahwa kalo belum baca buku sastra belum afdol jadi pembaca buku. Jadi kaya pengen nyoba gitu baca sastra.



Suatu saat, ketika kita punya anak, tentu kita pengen mereka jauh jauh lebih baik daripada kita. Salah satu yang harus lebih baik adalah mengenai ketertarik belajar dan menggali ilmu, salah satunya melalui membaca. Nah, sebagai calon orang tua, tentu penting untuk menjadi teladan yang baik. Ibaratnya karena kita expect anak kita lebih baik dalam hal itu, kita juga harus melayakkan diri dulu. Setuju dong?

Karena kita punya visi yang berhubungan dengan buku, kita sengaja nyari tempat yang book related supaya kita bisa inget terus sama apa yang mau kita capai. Akhirnya nemu satu tempat di Bandung yang super kece. Namanya Kineruku. Sederhananya ini semacam perpusatakaan umum. Kita bisa baca disitu secara gratis. Tapi kalo mau pinjem harus daftar jdi member terlebih dahulu. Strict banget deh untuk mau jadi member. harus verfiikasi lewat telfon ke orang tua. Mungkin itulah yang bikin mereka bisa bertahan lebih dari 5 taun karena tegas, jadinya buku mereka ga hilang sama member yang ga bertanggung jawab.

Setelah masuk dan menikmati susana di Kineruku, kita seperti berada di coworking space. Karena memang ada beberapa sudut yang orang lebih sibuk menggunakan laptop daripada baca buku. Makin aja Tisna pengen bikin tempat yang serupa suatu saat nanti. Amin.



Satu yang kurang dari tempat ini. Pegawai front desknya judes, bikin BT dan ga ramah. Sebetulnya di sini ga boleh foto, eh tapi kita ga sengaja ambil foto. #bandel

Doanya ya teman-teman, supaya apa yang kami niatkan soal visi ini bisa berjalan dengan sesuai harapan dan bisa istiqomah. Amin.
Read More
Designed By Seo Blogger Templates