Sunday, April 5, 2015

Kuliah Nyasar: MBA ITB - Knowledge Management for Innovation


Hubungan Kibar dengan beberapa kampus terjalin sudah cukup lama sejak menjalankan program Google for Education. Salah satu kampus yang hubungannya terjaga hingga saat ini adalah ITB. Meskipun hingga saat ini sebetulnya secara keseluruhan ITB belum Gone Google tapi setidaknya SBM ITB sudah.

Dekorasi di ruang tunggu SBM ITB Jakarta, Googley pisa euy!
Hubungannya Kibar dengan ITB semakin terjalin intensif juga karena adanya kerjasama mata kuliah Tech Based Business yang terselenggara tiap hari jumat. Nah ternyata selain di Bandung, ITB juga kampusnya ada di Jakarta. Kampusnya lebih kecil dan lebih ekslusif gitu, kayanya dua kali lebih mahal deh kalo kuliah di sini. #eehh

Beberapa minggu sebelum saya berkunjung ke kampusnya, saya dicontact oleh salah satunya timnya MBA ITB Jakarta untuk minta dihubungkan dengan Googler yang bisa ngisi sebagai dosen tamu yang bisa menyampaikan mengenai UKM. Karena produk yang lagi hot di Google adalah Google Bisnisku, yang juga untuk UKM, maka yang paling cocok untuk ditawari ngisi adalah Mbak Mira Sumanti, selaku Product Marketing Manager SMB untuk Google Indonesia.

Jadi saya ceritanya nyasar ke sini untuk sebagai bridging aja antara ITB dan Mbak Miranya. Ga enak kan kalo sebagai connector kalo ga hadir. *padahal supaya ada alasan keluar kantor #ehh

Jadi sambil nunggu kelasnya dimulai, saya dan Mbak Mira nunggu di loungenya kampus. Wah ini sih sudah kaya restoran ala-ala, bukan kaya kantin kampus.


Jadi ini mata kuliah adalah Knowledge Management for Innovation, mahasiswanya adalah tingkat pertama S2 MBA yang 80% dari mereka adalah mahasiswa terusan dari S1 langsung, alias ga kerja ato cuti dulu. Tapi hampir semua dari mereka sudah running bisnis sendiri.

Sedikit cerita soal Mbak Miranya, dia itu lulusan The Hague University of Applied Sciences di Belanda. Mbak Mira ngambil program Bachelor  untuk European Studies. Selama kuliah pernah magang di Adidas sampai akhirnya full time setelah lulus. Sebelum pindah ke Google, jabatan terakhirnya adalah Global Digital Marketing Manager. Global men! Kebayang ga sih lo..

Mengawali kelasnya
Untuk mengawali kelasnya, Mbak Mira cerita soal pengalamannya selama di Belanda. Dan ngerasain bedanya waktu di sana dan di Indonesia. Beda banget kalo soal searching data UKM di internet terkadang ga akurat, sesimpel alamat, jam buka dan tutup. Nah makanya lewat project Google Bisnisku yang sedang dikerjakannya, Mbak Mira berusaha untuk memecahkan permasalahan tersebut.

Mahaiswanya ga terlalu banyak, ideal banget untuk belajar
Dari keseluruhan kelasnya yang mengasyikan, setidaknya ada 3 point penting yang disampaikan oleh Mbak Mira. Yaitu soal customer knowledge, market knowledge & industry knowledge. Dari masing-masing point itu juga dijelaskan tools dari Google yang bisa dimanfaatkan. Yaitu Google Bisnisku, Google Trend dan Analytics.

Saya ikutan seneng juga ketika Mbak Mira mendemokan tools tersebut, mahasiswanya kaya amaze banget gitu!

Oh ya tambahan aja nih. Dari sosoknya yang humble dan smart ini, Mbak Mira juga seorang DJ yang jago. Wah balance deh antara kerjaan da hobinya.


Sampai jumpa di kuliah nyasar berikutnya!
Read More

Android One: Hack for Impact


Anak Kibar emang ajaib! Dalam satu minggu, ada 3 kegiatan yang harus dimanage. Luar biasa! Jadi sehabis ITB InMove, terus Google Developer Summit, besoknya langsung Android One Hack for Impact.

Android One Hack for Impact adalah kompetisi yang dibikin sama Google Indonesia untuk mendorong para Android Apps Developer untuk menciptakan karya untuk menyelesaikan 3 permasalahan utama Jakarta, yaitu Transportasi, Kesehatan dan Pendidikan.

Ini di auditoriumnya Conclave
Dari ratusan aplikasi yang masuk, tim memutuskan untuk mengundang 50 peserta untuk hadir di acara Demo Day yang dilaksanakan pada 29 Maret kemarin. Meski ga semua dateng, tapi acaranya full house bro.

Sarapan dulu broo
Acaranya dibuka oleh perwakilan dari Google, yaitu Bu Shinto Nugroho (Head of Public Policy, Google Indonesia) dan perwakilan dari pemerintah, yaitu Pak Alberto Ali dari Pemprov DKI Jakarta. Karena ini acaranya untuk turut serta mempromosikan Android One, maka ga afdol kalo misalnya ga ada sesi untuk menjelaskan mengenai Andorid One. Maka mbak Sandy Tantra lah yang menyampaikan hal tersebut selaku Consumer Marketing Manager, Google Indonesia.

Di Conclave mendadak jadi ada Lolipop gara-gara Android One
Yang menjadi juri untuk kompetisi ini diantaranya adalah Andreas Senjaya dari Badr, mas Wicak Hidayat dari Kompas Tekno dan beberapa juri yang juga bagian dari juri kompetisi ide satu mulainya Android One.

Paralel pitch!
Setelah sesi pitch 50 besar yang diundang, kemudian juri memutuskan tim yang masuk tahap selanjutnya. Yaitu tahap 10 besar dimana yang terpilih harus melakukan presentasi ke semua juri dan audience yang hadir. Konsep acaranya mirip-mirip dengan Code for Vote yang pernah Google bikin juga.

Dari semua app yang submit dan yang masuk 10 besar, kebanyakan dari mereka kategorinya transportasi dan solusi yang ditawarkan rata-rata mirip. Beberapa dari mereka buat saya sendiri tidak asing. Bahkan 2 diantaranya adalah mahasiswa mata kuliah Tech Based Business dan 1 temen GSA saya, Saggaf yang bikin JadwalKRL.

Galauers!
Saat memutuskan siapa pemenang 3 besar adalah proses yang menegangkan. Sempet terjadi diskusi panjang. Yang which is wajarlah ya ada perbedaan pendapat, hal itu justru menunjukan antusias lebih dari juri untuk memutuskan hasil terbaik.

Jadi pemenangnya adalah BIT (Bus in Time) dari ITB. Ini salah satu anak Tech Based Business juga. Yang kedua adalah AppAja dan yang ketiga adalah dari kategori kesehatan, yaitu Vaccine Time. Selamat untuk para pemenang ya!

Duh saya kerjaanya bikin kompetisi terus, tapi jarang ikutan kompetisi.
Read More

Conclave: Cozy Coworking Space


Yang saya tahu, trend startup kian hari semakin menguat. Setidaknya untuk saya pribadi, di Kibar saja sejak diinisiasi program Innovative Academy, ga lama kemudian kita merilis program Start Surabaya dan mata kuliah Tech Based Business. Nah seiring bertumbuhnya ekosistem startup seperti ini, hal yang dibutuhkan adalah tempat. Ya! Coworking space.

Kalo baca dari Wikipedia, term coworking mulai muncul pada tahun 2005an. Konsep coworking ini adalah sebuah gaya baru dalam bekerja dimana sekelompok orang berbagai lingkungan kerjanya. Dan biasanya sekelompok orang itu bukan berasal dari satu organisasi/perusahaan yang sama. Tempat kaya gini menjadi alternatif untuk para freelacer atau yang kerjanya remot untuk tidak terus-terusan terisolasi di rumah atau pindah-pindah cafe untuk kerja.


Di US, coworking semacam itu udah banyak banget, atau setidaknya sudah ada puluhan yang paling top di sana. Dari segi bisnis, service menyewakan space seperti ini ternyata cukup menjanjikan, lihat saja bagaimana WeWork kini menjadi perusahaan yang bernilai $5B.


Di Indonesia sendiri semakin banyak coworking space yang bermunculan, setidaknya ada hampir 15 coworking space. Yang paling aktif mungkin HubBud. Terus kalo berdasarkan data dari Ziliun, coworking space pertama itu HackerSpace Bandung. Kibar juga punya coworking space dong, namanya Forward Factory yang digunakan untuk kegiatan Start Surabaya.

Numpang naris lah meski lusuh abis event GAPURA langsung ke sini
Saya pribadi sih baru pernah berkunjung ke Jogja Digital Valley, Co&Co Bandung dan Conclave. Nah Conclave sejauh ini yang paling bikin saya betah. Interior, furniture dan lighting di sini bikin nyaman untuk kerja. Kayanya bakal sering-sering ke sini deh. Soalnya kantor punya acess card untuk ke sana. hehe


Kalo yang mau membership Conclave silahkan loh, affordable ko dan worth it banget. FYI: Kemarin Google juga bikin acara Hack for Impact di sini.
Read More

GAPURA is back: Advancing your online SMB here!


GAPURA ada udah ada lagi aja. Berarti saya udah setahun dong di Jakarta? Udah setahun lebih kali. Aduh ga kerasa ya kalo di Jakarta waktu teh ngagolontor seperti air mengalir.

Masih dengan semangat dan visi yang sama, yaitu membantu pemilik SMB/UKM untuk mengoptimalkan bisnis onlinenya. GAPURA 2015 akhirnya diselenggarakan. Acaranya kurang lebih sama dengan tahun kemarin, berupa seminar dan panel diskusi. Tapi tahun ini tentu saja materinya lebih advance, contohnya ada sesi diskusi panel mengenai payment.

Salah satu booth partner, DOKU.

Kemudian yang ga kalah menarik adalah adanya pemaparan soal produk barunya Google untuk UKM, yaitu Google Bisnisku. Sebetulnya produk ini penggantinya Google Place yang tahun lalu juga dibahas di GAPURA. Perubahan emang sangat cepat, makanya musti cepet update juga!

Tahun ini dibikin di 5 kota. Yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar dan Makassar. Sayang ada satu kota yang tahun ini ga dibikin, yaitu Jogja.

Crowd salah satu sesinya GAPURA 2015

Tahun lalu persiapan GAPURA itu sangat ribet, karena timnya Kibar waktu itu belum sebanyak sekarang. Nah karena pembagian tugasnya mulai kesebar-sebar tahun ini alhamdulillah saya bisa lebih bereksperimen dengan teknologi yang diterapkan. Sesimpel membuat aplikasi untuk generate QR Code dan kirimkan melalui email secara otomatis. Terus pendaftaran ulang juga sekarang sistemnya bikin sendiri pake web yang bisa dipasang secara lokal, jadi ga tergantung dengan internet.

Masih sisa 4 kota lagi nih, semangat kakak!
Read More

Tech Based Business: Cerita Agate Studio!


Kalo seminggu sebelumnya saya di Bandung untuk ITB InMove, nah seminggu setelahnya (27 Maret) saya ke Bandung lagi untuk ikut kelasnya salah satu mata kuliah paling kece di ITB, yaitu Bisnis Berbasis Teknologi (Tech Based Business). Itu loh mata kuliah yang dibikin atas kerjasama ITB dengan Kibar.

Saya dari awal memang terlibat banyak dalam project ini, dimulai dari approach awal untuk pembuatan silabus hingga sampai proses sekarang dimana mereka sudah punya ide dan sedang membuat produknya.

Arief Widhiyasa, CEO Agate Studio


Jadi mata kuliah ini tentang apa sih? Mungkin dari judulnya kamu sudah bisa menebak. Intinya melalui mata kuliah ini, Kibar ingin mendorong anak-anak ITB yang keren-keren ini supaya bikin startup yang secara bersamaan solve masalah yang ada. Tentu ini sejalan dengan visinya ITB untuk menjadikan kampusnya sebagai entrepreneurs university.

Mata kuliah ini adalah mata kuliah pilihan yang bisa diikuti oleh semua mahasiswa ITB dari jurusan apapun. Mahasiswa yang sekarang ada yang berasal dari fakultas design, teknik dan manejemen. Bahkan ada yang dari jurusan kelautan juga!

Materi yang diberikan di mata kuliah ini mulai dari ideation, bisnis model, promotion hingga expansion plan untuk startupnya mereka. Dosen tetep untuk mata kuliah ini tentu saja Chief Executivenya Kibar, Yansen Kamto yang kemarin ceritanya masuk Hitam Putih bareng Putri Tanjung.

Karena materinya beragam, dimulai dari mindset hingga teknikal ke pengembangan produknya, maka mata kuliah ini sering undang dosen tamu. Nah minggu ini kebetulan yang menjadi dosen tamunya adalah dari Agate Studio.

Sesi pertama disampaikan mengenai prototyping di development game, meski begitu tips-trik yang disampaikan masih relevan dan dapat diterapkan untuk pengembangan aplikasi non-game. Yang menyampaikan sesi ini adalah Mas Zaki, salah satu producernya Agate Studio. Inti dari bahasan soal prototyping menurut saya adalah kalo mau bikin prototype harus cermat pilih fitur unggulan yang mau dibikin duluan.

Jangan cari saya! Saya yang foto soalnya :D

Sesinya kemudian dilanjutkan oleh Mas Arief. Sesinya seru banget sumpah. Asik banget denger cerita-ceritanya beliau saat pertama kali merintis Agate Studio bareng temen-temennya. Sampe cerita saat dia ditelfon TU ITB untuk lanjut kuliah ato engga.

Ceritanya mas Arief selalu menggunakan filosofi, yang which is bikin kita (saya pribadi) merasa mudah menerima maksud dari pesan yang ingin disampaikannya. Terus dia juga cerita soal pentingnya pendidikan/kuliah. "Jangan salah kaprah, saya tidak melanjutkan kuliah bukan karena saya malas belajar. Saya hanya tidak menggambil gelarnya. Nilai saya selalu bagus", begitu kata mas Arief.

Kadang kita suka salah kaprah memang soal tokoh sukses yang drop out. Media mainstream kadang suka mengkesankan bahwa drop out itu bisa sesukses tokoh itu. Yang lebih penting adalah kemauan utk tidak berhenti belajarnya yang musti ditiru. Meski ga di formal education, belajar terus menerus tetep suatu kewajiban!

Carilah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahat (pepatah Arab)

Saya sebagai yang minat terhadap edtechpreneur, seneng banget bisa dilibatkan dalam project ini. Mudah-mudahan lancar ya sampe akhir semester. Amin..
Read More

The First Google Developers Summit Indonesia



Jadi sehabis acara ITB InMove hari minggu di Bandung, hari selasanya anak-anak Kibar ada event Google Developer Summit yang pertama kali dibikin di Indonesia.

Acara untuk developer dari Google yang mungkin temen-temen tahu adalah DevFest yang diselenggarakan oleh Google Developer Group. Menurut saya DevFest emang ga begitu niche, sehingga bahasannya pun tidak terlalu developer, hanya bahasan permukaan saja. Nah beda dengan kegiatan yang diinisasi oleh developer relationnya Google ini.

Dari awal mereka sangat strict untuk kepesertaan. Supaya dipastikan yang hadir memang berasal dari perusahaan developer app, terutama Android. Karena yang dibahas akan lebih banyak dioptimasi pengembangan di platform Android.

Pembicaranya pun adalah Googler dari berabagai negara, bahkan didatangkan langsung dari Mountaint View. Selain bentuknya seminar seperti biasa ada juga sesi codelab, yaitu workshop yang dibimbing langsung oleh tim developernya Google. Sialnya sesi ini ga berjalan dengan baik, kacau! Karena internetnya down mampus. Sampe dari kita harus panggil bagian managementnya itu salah satu provider internet.


Kalo biasanya kegiatan developer diidentikan dengan serius, sedangkan museum untuk jalan-jalan sambil belajar. Nah, Google Developer Summit bisa menggabungkan hal itu. Yap, kegiatan ini dibikinnya dimuseum. Anti mainstream kan!


Secara keseluruhan alhamdulillah acaranya lancar (kecuali internet) dan materinyapun menurut saya pribadi bermanfaat sekali untuk para developer.
Read More

Saturday, April 4, 2015

ITB INMOVE: Tempatnya Para Innovator



Kegiatan Global Startup Youth di Kuala Lumpur adalah tanggal 19-21 Maret 2015. Nah, saya sudah berencana untuk extend sampe hari Sabtu, 22 Maret. Saya sudah minta panitia untuk mundurkan jadwal pesawat saya hingga 22 Maret malam hari. Yes! Bisa sekalian liburan..

Tapi semua berubah setelah negara api menyerang. Saya harus berada di Bandung pada 21 Maret sore untuk ikut persiapan ITB Innovator Move (InMove) dimana kegiatan tersebut bekerjasama dengan Kibar.

para innovators
Kibar visinya kan ingin mengkibarkan talenta Indonesia, nah gerakan yang dibikin sama KM SBM ITB ini emang sejalan dengan visi kibar tersebut. Jadi ITB InMove ini adalah sebuah inisiatif dari anak-anak SBM untuk memberikan tempat bagi para innovator.

Acara yang diselenggarakan pada tanggal 22 Maret 2015 ini disebut dengan ITB InMove Expo dimana para innovator diberikan kesempatan untuk mempresentasikan karyanya ke para kolaborator yang hadir dari sesama mahasiswa dan dari industry. Konsepnya mirip dengan Project Katalis yang pernah dibikin sama Ziliun beberapa waktu yang lalu.

Selain presentasi, para innovator juga diberikan semacam booth dimana para kolaborator bisa nanya lebih banyak di sana. Innovator yang terlibat sejauh ini ada 9, hasil dari ratusan innovasi yang dikurasi. 9 innovator itu diantaranya Smart Helmet, Kabin, Double Helix Aerophonic Tower, Mikroalga, Semen Hidup, Oceanopori, Automatic Weather System, Darurat, Bamboo Robotics Project.

Lengkapnya mengenai innovators tersebut bisa dilihat di program booknya ITB InMove. Harapannya gerakan ini menjadi awal dari gerakan yang lebih besar dan dengan adanya platform seperti ini, akan semakin banyak innovator yang bermunculan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada di Indonesia.

Read More

My First Kuala Lumpur Trip


Jadi kalo sebelumnya saya sedikit cerita soal pengalaman ikutan Global Startup Youth 2015, diposting ini saya akan lebih banyak cerita soal perjalanan ke Malaysianya diluar kegiatan tersebut.

Kalo soal berpergian ke luar negeri, saya sih masih newbie. Negara di luar Indonesia yang pertama kali saya singgahi adalah Philippines saat ikutan Google Student Ambassador summit.

Nah Malaysia adalah negera kedua yang ada dicap passport saya. Meski ga banyak tempat yang saya kunjungi, tapi at least ada cukup banyak pengalaman yang bisa saya bagikan selama kurang lebih 3 hari di sana.


Bandaranya..
Ini cuma salah satu bagian aja pas nunggu barang bagasi

Saat saya sampe di Kuala Lumpur International Airport (KLIA) 2, rasa bandaranya ala-ala Changi. Terlihat lebih luas dan jauh banget dibanding dengan Soekarno Hatta International Airport. Tapi katanya international airport Bali yang baru juga ga kalah bagus.


KLCC
View ke masjid terdekat dari taman KLCC
Jadi venue kegiatan Global Startup Youth itu di Kuala Lumpur Convention Center (KLCC), nah jadi lokasinya pas banget ga jauh-jauh dari gedung yang paling iconic di Malaysia, yaitu gedung kembar petronas. Terus hotel yang disediakan sama panitia juga sekitaran situ, yaitu Zon Residences. Jadi setiap pagi jalan 10 menitan dari hotel ke venue melewati taman KLCC yang lumayan kece.


GOKL
Kalo mau keliling-keliling kota di sana, jangan sampe kelewatan untuk memanfaatkan GoKL. Bis gratis untuk keliling kota. Kalo di Indonesia namanya City Tour, meskipun sampe sekarang belum pernah nyobain City Tour. Bisnya enak ko, mirip bis penjemputan bandara gitu. Kalo cukup beruntung, harus dari awal supaya dapet tempat duduk, karena biasanya bisnya selalu penuh dan terpaksa harus berdiri.


Wisata Kuliner

Karena serba dadakan, jadi belum sempet research mendalam mengenai tempat-tempat yang musti dikunjungi di KL. Terlebih hanya bisa jalan-jalan di malam hari, objek wisatanya semakin terbatas deh. Salah satu tempat yang saya kunjungi Jalan Alor yang katanya terkenal. Itu kaya semacam sentra kuliner gitu. Tapi kebanyakan kulinernya chinese.

Nah sebelum ke tempat ini, saya sempet jajan di daerah yang lebih sepi. Di sana ada yang jualan semacam goreng-gorengan gitu, tapi tulisannya chinese semua. Jadi sebetulnya saya ga ngerti apa itu. Saya beli beberapa, dan satu diantara gorengan itu rasanya aneh dan saya muntahin. Terus saya minta temen saya nyobain. Itu ternyata pork, men. Ceroboh!


Kereta Terakhir
foto:campusmalaysia.com

Dari KLCC ke Jalan Alor saya dan teman-teman menggunakan GoKL. Tapi saking asyiknya kulineran di sana, kita lupa kalo GoKL itu jadwal terakhirnya jam 11 malam. Waduh, kita kelewat bis gratisan. Kita sepakat ga mau pake taksi, secara turis bokek kita. Nah terus akhirnya kita memutuskan untuk naik monorail dan menuju stasiun terdekat.

Sesampenya di stasiun lumayan bingung. Karena sudah ga ada petugas yang bisa ditanya-tanyain. Karena sistem pembayarannya cukup unik. Kalo di Indonesia itu pake kartu RFID, di sini untuk akses masuknya pake semacam koin RFID. Nah untuk bisa beli koin itu kita belinya di vending machine. Atur tujuan, beli berapa banyak, tap. 3 koin keluar dan siap digunakan.

Setelah masuk ke ruang tunggu. Sial ! Kereta terakhir yang menuju arah KLCC baru saja lewat! Nasib koin biru yang baru saja dibeli seakan mengkhianati diri #eaahh

Daripada koinnya ga kepake, akhirnya kita memutuskan untuk naik kereta terakhir untuk jalur yang berlawanan arah. Semakin menjauh dari tujuan!


Anak 3 Negeri Tersesat
Penjelajahan Kuala Lumpur di malam terkahir saya sebelum balik ke Indonesia adalah bersama dengan teman sekelompok saya, yaitu temen baru dari Philipiines dan Laos. Jalan-jalannya menyenangkan banget, karena kita kaya get lost gitu karena sama-sama blank soal Kuala Lumpur. Bahkan untuk bisa menemukan Jalan Alor aja susahnya setengah mampus.

Terus mereka juga asik diajak susah, karena pulang dari stasiun ke KLCC itu kita bertiga jalan. Bayangkan betapa nyusahin diri sendiri. Tapi justru disitu sih serunya kalo buat saya, jadi bisa ngobrol lebih banyak dan belajar satu sama lain.
Read More

Global Startup Youth Asean 2015: Futurising Asean Entrepreneurs


Bulan Maret selalu paling sibuk, saking so sibuknya ga ada satupun posting blog yang saya tulis di bulan itu, Seakan lupa sama berbagai resolusi menulis yang ditetapkan sendiri di awal tahun. Karena ini long weekend, saya coba tebus beberapa hutang posting yang seharusnya saya tulis di bulan Maret.

Banyak banget yang saya alami di bulan Maret. Saya mulai cerita dari keikutsertaan saya di Global Startup Youth 2015 kalo gitu.

Global Startup Youth (GSY) bisa dibilang acarnya mirip-mirip dengan startup weekend, semacam bootcamp untuk para hustler, hipster dan coder berkumpul untuk bikin sesuatu yang menyelesaikan masalah sekitar. Saya tahu kegiatan ini dari temen Google Student Ambassador saya yang emang tahun lalu pernah ikutan. Tapi sayangnya kegiatan tahun sekarang hanya dalam lingkup ASEAN.

Karena kebetulan di kantor terlibat beberapa pekerjaan yang berhubungan dengan startup, saya pikir ga ada salahnya untuk coba apply. Harapannya bisa dapet ilmu baru soal startup, apalagi setingkat Regional. Akhirnya saya iseng apply!


Daftar melalui YouNoodle
Kegiatan GSY ini adalah salah satu programnya organisasi non-profit, StartupMalaysia.org. Pendaftaran untuk program ini agak berbeda, karena mereka bekerjasama dengan YouNoodle.com, sebuah platform kompetisi yang berhubungan dengan startup. Saya baru tahu kalo misalnya ada platform semacam itu. Menambah ilmu dan ide baru nih!


Deadliners organizer
Ternyata bukan hanya Indonesia yang suka ngerjain sesuatu mepet-mepet. Bahkan di regionalpun, hal itu masih terjadi. Pada saat pengumuman pertama kali, saya tidak mendapatkan email pemberitahuan apapun. Oh oke! Ga diterima berati. Belum rezeki. Tapi beberapa hari setelahnya saya dapet email bahwa saya berhasil lolos dari waiting list ke berapa. Pengumuman itu dikirim hari Minggu, padahal hari Rabu harus sudah berangkat ke Kuala Lumpur, Malaysia lokasi dimana kegiatan tersebut diselenggarakan.

Alhasil harus serba dadakan izin ngantor, finalisasi kerjaan sebelum pergi dan sampe dadakan pinjem uang ke orangtua buat uang saku ke sana. hehe

Karena serba dadakan kaya gitu, sempet dikomplain sama orang kantor karena lagi banyak kerjaan malah harus cuti ikutan acara ini.


Little bit messy
Sesi pitch awal

Entah karena ekspektasi saya yang terlalu tinggi terhadap kegiatan ini atau entah apa. Tapi saya merasa kalo kegiatan ini masih bisa dimaksimalkan. Venuenya terlalu sempit untuk 300an orang, saat harus pitching dan mencari tim yang cocok, bahkan sampai harus berdesak-desakan kaya di pasar malam.

Di sesi awal-awal, kita disuruh bikin kelompok. Kemudian disuruh voting ide. Yang paling banyak sticker akan masuk ke tahap selanjutnya. Nah diproses ini agak ga fair sih, soalnya beberapa kelompok jadi fokus ke stickernya, buka ke idenya.

Terus mungkin kedepannya ada semacam badge yang mencirikan minat tertentu. Misalnya minat peserta ke bidang pendidikan ada bagde warna apa gitu. Dan juga badge untuk mencirikan bahwa seseorang itu hustler, hipster atau coder.


Bagian dari Asean Entrepreneurship Summit
Tan Sri Dr. Mohd Irwan Serigar Abdullah

Nah ternyata Global Startup Youth kali ini adalah bagian dari rangkaian kegiatan Asean Entrepreneurship Summit 2015 yang merupakan program dari kementrian keuangan Malaysia. Di hari kedua kegiatan GSY, perwaklian dari kementerian keuangannya hadir, yaitu Tan Sri Dr. Mohd Irwan Serigar Abdullah.

Beliau sangat berjiwa muda sekali dan terlihat sangat semangat menyambut para future leader dan future entrepreneur dari ASEAN. Saya jadi envy berharap kalo orang-orang dari pemerintahan Indonesia juga banyak yang bisa senafsu itu.


Kesimpulan
Temen satu tim di Asean Hub+

Secara keseluruhan acaranya boleh lah, apalagi saya dibayarin tiket pesawat dan hotel. Dapet uang saku pula. hehe Yang terpenting buat saya kalo acara yang kaya gini adalah networkignnya, dari acara ini akhirnya saya punya temen baru dari Myanmar, Kamboja dan Laos!
Read More
Designed By Seo Blogger Templates