Thursday, December 25, 2014

Generasi Blusukan: Harapan atau Pencitraan?


Sejak semakin terkenalnya Pak Jokowi, kata-kata blusukan semakin populer. Pejabat pemerintahan yang dulunya hanya diberitakan kebobrokannya, kini rakyat diberikan pilihan untuk menyaksikan harapan untuk negerinya.

Pesta demokrasi tidak pernah separtisipatif tahun ini. Meski dari segi kuantitatif menurun, namun secara kualitatif ga bisa dipungkiri peningkatannya. Dari yang tadinya apatis menjadi lebih peduli, dari yang tadinya ga pernah milih, kali ini protes dan marah jika tidak bisa memilih.

Hingga sampai Pak Jokowi menjadi presiden, blusukan semakin melekat kepada beliau. Entah ini pencitraan atau murni kepedulian, ga masalah. Tapi ini tontonan baru yang positif. Tidak hanya untuk dirinya, sepertinya Pak Jokowi juga ingin memilih menteri-menteri yang tepat, atau setidaknya menteri yang bisa disuruh blusukan.

Ada setidaknya dua menteri yang begitu terasa blusukannya untuk saya, yaitu Bu Susi dan Pak Rudiantara.

Pak Rudiantara: Use me as your minister!

Tanggal 22 Desember kemarin, Pak Rudiantara diundang ke kantor Google Indonesia untuk dapat berdiskusi dengan Digital Community (content creator, pelaku bisnis online dsb). Pak Rudiantara hadir untuk mendengarkan keluh kesah dari kami. Pertanyaan yang dilempar ke Pak Menteri tidak lain tidak bukan soal infrastruktur. Selalu soal itu! Pak Menteri mentargetkan pada tahun 2019 semua wilayah Indonesia secara geografis akan tercover oleh internet. Pak Menteri juga akan mendorong percepatan 4G di Indonesia.

Pak Menteri cukup terbuka dengan berbagai pertanyaan dan masukan, walaupun hal yang bukan tanggung jawabnya. Beliau bilang kalo "use me as your  minister". Jika memberi masukan soal pendidkan, saya akan sampaikan ke Pak Anis. Soal perdagangan saya akan sampaikan ke Pak Rahmat Gobel, katanya.

Ada harapan loh jika dibandingkan dengan menteri sebelumnya. Menteri sebelumnya bahkan ga merasa perlu untuk bertemu dan berdiskusi dengan rakyat seperti kami.

Saya merasa beruntung bisa hadir dan menyimak secara langsung mengenai diskusi yang berjalan sangat singkat ini. Teman-teman yang diluar kota ikutan diskusi melalui Google Hangout.

Bu Susi: Menteri Gila


Gimana ga gila? Lulusan SMP yang bisa punya bisnis pesawat terbang dan kini jadi menteri. Ngikutin ceritanya di TV selalu menarik. Caranya bekerja yang terus menggebu-gebu mustinya diikuti oleh pejabat yang lain. Dimulai dari moratorium hingga menenggelamkan kapal asing pencuri ikan membuatnya pantas menjadi menteri yang paling memberikan harapan.

Pesan Bu Susi untuk pemuda Indonesia yang disampaikannya saat program TV Mata Najwa di Aceh adalah mengurangi waktu 'ngopi' (minum kopi). Jika waktu yang dihabiskan untuk ngopi 3 jam sehari, kurangi. Gunakan 2 jamnya untuk lebih banyak bekerja!

Selamat bekerja dan berkarya Ibu/Bapak. Doakan saya bisa mengikuti semangat bekerja dan berkaryanya kalian. Amin.
Read More

Indonesia Butuh Pemuda Berjiwa Pendekar Tongkat Emas


Saya tuh bukan orang yang film banget. Kurang begitu update sama film-film terbaru di bioskop. Cenderung selektif, hanya memilih film yang benar-benar punya message bagus atau seenganya entertaining. Bukan film-film khayalan ga jelas! Saya kaya gitu mungkin karena dulunya kalo nonton, musti naik bis atau angkot selama 1 jam dari rumah menuju ke Jatinangor - kota perbatasan Bandung-Sumedang, satu-satunya bioskop di Sumedang. Makanya musti selektif, karena berat di ongkos euy!

Menjelang akhir tahun, kaum urban dihebohkan dengan beberapa film yang ditunggu-tunggu. Yang paling menonjol adalah Doraemon Standy by Me yang kabarnya bahkan beli tiketnya musti ngantri dari pagi, udah macam pembagian daging kurban aja. Oke! Setelah nonton ternyata tidak seheboh ngantri tiket. Filmnya cukup bagus sih, tapi ga worth it aja kalo dibanding sama animo yang ada, dan untuk penutupan sebuah kenangan masa kecil tak terlupakan.

Ini pas lagi talkshow Pendekar Tongkat Emas di Popcon Asia 2014 bareng om Dennis

Film lain yang saya tunggu-tunggu tentu saja Pendekar Tongkat Emas. Pertama kali tahu soal film ini adalah pada saat Popcon Asia 2014 dimana ada sesi khusus untuk memperkenalkan Film garapan Mirles Production ini.

Okeh, saya nonton barengan anak Kibar saat pertama kali pemutaran filmnya. Ini adalah film Indonesia yang wajib ditonton di bioskop. Adegan laganya nyata, ga kaya film-film laga di salah satu stasiun televisi yang ada naga terbangnya. Settingnya ga becandaan, kalo kamu liat settingnya itu ga kaya di Indonesia. Saya jadi makin yakin Indonesia itu indah.

Tapi yang terpenting dari setelah nonton adalah merenungi pelajaran apa saja yang bisa diambil. Ini ga spoiler ya.

Siapa Saja Bisa Menjadi Lawan

Lawan bisa menjadi kawan. Kawan bisa menjadi lawan!


Diceritakan perguruan Tongkat Emas memiliki 4 murid yang dipimpin oleh Cempaka, sang pendekar tongkat emas. Teman seperguruan yang sudah dianggap keluarga malah menjadi lawan terbesar. Kekuasaan, keserakahan akan dengan sangat mudah melupakan semuanya. Hati-hati terhadap kawan, bisa saja menjadi lawan. Bukan tidak mungkin lawan akan menjadi kawan!

Kolaborasi, Hasilkan Kekuatan Tak Terkalahkan

Mereka berlatih untuk bersinergi
Tongkat emas memilki kekuatan terbesar yang tidak terkalahkan. Tapi tongkat emas hanya akan menjadi tongkat biasa jika tidak diguanakan secara berkolaborasi. Sebelum dapat menggunakan kekuatannya, pendekarnya harus mensinergikan kekuatan, pikiran dan emosinya.

Pendekar Sejati, Berkuasa dengan Hati 

Apakah aku penguasa yang sudah memilki hati?
Tidak berguna kita mempunya kekuatan dan kekuasaan, kalo tidak memiliki hati. Itulah jiwa pendekar, itulah jiwa ksatria, itulah jiwa pemuda Indonesia. Yang berkekuatan dan yang berkuasa serta memiliki hati adalah yang dirindukan bumi Indonesia. Kamukah?

Mudah-mudahan menjadi pelajaran untuk kita semua, setidaknya untuk saya pribadi. Salam pendekar tongkat emas!
Read More

Tuesday, December 23, 2014

Rezeki Bukan Hanya Uang, Juga Ketemu Orang

Pasti kamu setuju kan kalo saya bilang bahwa network/jaringan itu sangat penting untuk hidup kita? Sebetulnya konsep pentingnya jaringan ini sudah hadir di Islam lama sekali lewat keutamaan silaturahmi yang dipromote Rasul. 

Buat saya menjalin silaturahmi, sepenting membangun bahtera rumah tangga. #ehhh
Saking pentingnya silaturahmi, bahkan Rasul diceritakan kalo kemana-mana berangkat dan pulang ngambil jalan yang beda, supaya ketemu orang yang berbeda pula.

Kalo zaman sekarang mah mustinya ga susah sih silaturahmi, soalnya kan meski ga ketemu masih bisa tetep Hangout ato sekedar Whatsapp.

Saya seneng ikutan berbagai event, selain bisa dapet ilmu baru juga bisa kenalan dengan orang baru. Kan kita ga tau, kali aja dari orang yang baru itu muncul bisnis baru ato rezeki baru yang lainnya. Jangan salah, ketemu sama orang yang tepat juga rezeki loh. Setidaknya ada 3 pertemuan dengan orang yang paling berkesan buat saya sejauh ini.

Dr. Ade dan Keluarga

Tebak mana gue?.... Ga ada ey, ini foto random. Abisan foto-foto lama masih ada di hardisk PC di Sumedang.
Saya berasal dari keluarga yang miskin. Kala itu mamah cuma punya warung kelontongan di deket apotik parapatan di Sumedang (sekarang masih sih), Bapak saya hanya seorang tukang parkir dan becak. Beli buku paket pelajaran aja ga mampu. Kalo mau belajar, ya musti pake buku lama bekas tetangga ato minjem. Ya namanya aja orang miskin, ga bakal kebayang deh bisa mengalami banyak hal yang menyenangkan seperti temen yang ortunya kaya.

Suatu saat saya ikut maen ke rumah temen sekelas yang ga begitu saya kenal, tapi yang jelas dia anak orang kaya, Bapaknya dosen bahasa Jepang dan Ibunya dokter tersohor di Sumedang.

Saya, Fitra dan Adil maen di rumahnya adil yang penuh dengan mainan, Play Stasion(PS) dan berbagai majalah. Mulai dari majalah animasi sampe majalah game, XY Kids dan Bobo.

Fitra dan Adil sering banget betantem karena rebutan giliran maen PS, ketika saya asyik membaca cerpen-cerpen penuh khayal di majalah Bobo.

Suatu saat saya maen ke rumah Adil tanpa Fitra. Ibunya Adil terkesan karena pada saat itu tidak ada keributan untuk memperebutkan PS. Saya lebih tertarik dengan kemewahan majalah Bobo daripada PS. Jadi saya lebih bisa bijak menunggu giliran maen PS.

Sejak saat itu, Saya menjadi sahabat karibnya Adil. Lebih dari itu, saya seperti menjadi anak angkatnya keluarga mereka. Kemana-mana diajak. Dari sejak pertemuan ini, apa yang sebelumnya tidak terbayang menjadi teralami. Punya buku paket lengkap, akses tethadap majalah, maen ke tempat rekreasi, makan di tempat mewah dan banyak lagi.

Saya sangat bersyukur bertemu dengan mereka! Rezeki yang luar biasa.

Rita Ariny

#cieee

Saya meminta restu orangtuanya sejak setahun yang lalu. Saya mengikatnya dengan cinta yang purna. #eahh. Mudah-mudahan bisa berjalan sesuai yang direncanakan. Amin.

Mungkin terlalu cepat udah ngomongin pacaran serius di umur semuda ini. Tapi saya ngerasa kalo dia pantas untuk diperjuangkan. Wanita sederhana yang bersedia menjadi teman seperjuangan, dari saya bukan siapa-siapa, yang kelak menjadi siapa.

Ini juga rezeki yang tak terhingga bisa ketemu sama Rita. Hasil dari rajin-nya saya berkunjung ke semua kelas di SMK karena musti nagih uang yang beli pulsa. #jiwawirausaha

Kibar

Ini waktu GAPURA, salah satu kegiatan yang pertama yang saya terlibat setelah gabung Kibar!
Tempat dimana saya sedang meniti karir adalah bukan perusahaan biasa. Punya visi yang jelas dan mulia. Terdiri dari orang-orang yang ada di posisi atas kurva, orang-orang yang berfikir berbeda dari orang Indonesia kebanyakan.

Saya banyak belajar dari mereka. Mirip dengan pertemuan saya dengan keluarga Dr. Ade, di sini saya banyak mendapatkan hal saya impikan, hal yang saya pikir ga bisa dan bahkan hal yang sama sekali tidak terpikirkan.

Saya pertama ketemu Kibar pas ikutan Search Summit with Google 2013. Semenjak negara api menyerang itu, semuanya berubah.

Nah, mudah-mudahan dari yang saya alami sendiri, kamu bisa jadi tergerak untuk bersilaturahmi, untuk memperpanjang rezeki.

NB: Ketemu Luna Maya juga lumayan rezeki sih. Tapi ya ga ada apa-apanya lah dibanding bisa dipertemukan dengan orang-orang yang diatas.
Read More

Monday, December 22, 2014

Keterbukaan Data Kian Gencar Bersuara


Soal keterbukaan data - apalagi data pemerintahan, ga usah kita bahaslah ya apa manfaatnya dan bagaimana dampaknya. Salah satunya dengan keterbukaan data, pemerintahan akan lebih transparan dan kinjerjanya bisa diukur oleh masyarakat.

Sempet denger sih sebelumnya soal Open Goverment Indonesia dan sempet pernah akses data juga dari Portal Data Indonesia untuk nyari data sekolah Jakarta, tapi belum pernah bener-bener cari tahu bagaimana dan seperti apanya.

Nah jumat kemarin akhirnya diajakin sama Koh Yansen untuk ikutan acara DevTalknya Portal Data Indonesia di kantornya World Bank.

Ajak Developer Berkarya Lewat Data

Di acara yang dihadiri kurang lebih 25 orang ini diperkenalkan kembali soal apa itu Portal Data Indonesia dan perkembangannya. Di sesi yang lebih technical, ada hal baru yang kemudian saya tahu, yaitu CKAN, sebuah framework untuk penyimpanan dataset. Dengan CKAN, kalo pengen bikin API, sudah langsung tersedia.

Maksud dari acara yang baru pertama kali dibikin ini adalah untuk mengajak semakin banyak developer yang memanfaatkan data-data yang ada di Portal Data Indonesia. Iya juga sih, data kan sudah dibuka terus kalo ga dipake kan sayang. Di sesi civil tech, dibahas tuh berbagai contoh aplikasi yang memanfaatkan data-data terbuka seperti itu. Simak aja slide acara kemarin di sini.

Akhirnya Bikin Juga!

Setelah menghadiri DevTalk ini, saya pribadi jadi terdorong untuk bikin sesuatu yang memanfaatkan data tersebut. Tapi karena waktu yang tak kunjung sempat dan mood yang tak kunjung dapat (alasan), kayanya berat deh kalo musti bikin apps yang serius. Akhirnya karena saya anaknya Google banget geto, semalem coba iseng bikin addons untuk mengotomatisasi data daerah untuk Google Form menggunakan Google App Script.

Ga rugi deh kemarin ikutan meetupnya. Selain dapet sesuatu yang baru, seneng aja bisa ketemu orang-orang baru, dan pinter pula. Sok jangan lupa followup Portal Data Indonesia di Twitter supaya kalo ada DevTalk lagi bisa ikutan.

Read More

Sunday, December 21, 2014

Google for Education Indonesia Summit 2014


Education is the most powerful weapon which you can use to change the world. Saya setuju banget sama quotenya Alm. Bapak Nelson Mandela yang itu. Sejalan juga dengan pepatah Arab yang mengatakan,
"Barangsiapa ingin sukses dunia akherat hendaklah diraih dengan ilmu".
Karena keutamaan pendidikan dan ilmu yang merupakan dasar dari berbagai kejelimetan yang ada di dunia ini - terutama di Indonesia, bikin saya ingin berkontribusi terhadap dunia pendidikan. Meski kadang harus dihadapkan dengan berbagai birokrasi yang ga perlu!

Akhirnya kesempatan itu datang di tahun ketiga perjalan karir saya. Di Kibar saya dikasih kesempatan untuk gabung di divisi Edukasi. Ga tanggung-tanggung, divisi ini adalah partnernya program Education Go Digital punyanya Google yang dilead sama Mbak Pepita Gunawan yang cantik nan baik hatinya.

Di divisi ini kerjaan saya adalah mirip kaya Account Executive (AE), saya yang berhubungan dengan kampus/sekolah untuk bantu mereka implementasi Google Apps for Education. Karena emang backgroud saya technical, jadi ga terlau lama untuk bisa menguasai 'arena'. Meski sampai sekarang masih ada beberapa part yang masih harus belajar.

Kumpulkan Pengambil Keputusan Penting

Yang datang adalah kepala yayasan, kepala sekolah, kepala IT dan guru/dosen.
Pada 4 Desember kemarin, Google bikin Google for Education Indonesia Summit yang mempertemukan para pengambil keputusan penting di sekolah dan kampus yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Termasuk dari Aceh, Medan, Palembang, Lampung, Pontianak dan Makassar.

Topik yang dibahas adalah tentu saja seputar apa yang bisa institusi manfaatkan dari berbagai tools free yang ditawarkan Google. Di awal kegiatan lebih banyak bicara soal mindset dari yang semula tradisional menjadi serba kolaboratif dengan cloud technology. Di sesi siang, dibahas lagi lebih banyak soal infrastruktur dan best pratices.

Yang Dateng Membludak, Kursi  Aja Kurang

Seneng banget Pak sayang udang. Terima kasih sudah hadir :)
Mungkin karena kesuksesan (#eahh) saya di event-event sebelumnya yang berhubungan dengan calon peserta, makanya didaulat kembali untuk
pegang kepesertaan. Ini jadi tantangan baru lagi sih, karena musti datengin peserta yang niche dan massive. Selain bertanggung jawab kepesertaan, saya juga sebetulnya yang berhubungan langsung dengan Google untuk kegiatan ini.

Baru kali ini saya ngerasa khawatir kelebihan peserta. Karena saat persiapan kita hajar berbagai channel mulai dari minta rekomendasi dari Dinas Pendidikan DKI Jakarta hingga minta bantuan partner seperti kesekolah.com. Dan ternyata benar, pas kegiatan yang dateng banyak banget. Ngantri coy, bahkan ada beberapa yang marah karena pengen buru-buru.

Ini antriannya belum seberapa!

Saking membludaknya, kursi yang disiapkan sekitar 450an, akhirnya harus nambah jadi 530an. Hal yang paling saya takuti sih komplen dari peserta yang hadir. Tapi untungnya ga banyak komplen!

Berbagai Kegiatan di Satu Waktu

Ini yang bikin seru sekaligus repot sih. Sesi di siang, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok untuk menghadiri kegiatan yang berbeda. Ada yang bahas lebih dalam soal infrstruktur dan ide integrasi.

Yang ketiga dari kiri divanya GSA!
Ada juga yang main-main di Demo Zone untuk dijelaskan berbagai produk yang bisa dimanfaatkan di kelas. Beberapa dari booth di sini dijelaskan sama Google Student Ambassador loh. Booth lainnya dijelaskan oleh partner.

Selain Demo Zone, adalah juga booth untuk partner. Di sana peserta yang dateng bisa berkonsultasi soal apapun yang berhubungan dengan produk yang dijelaskan, namun tiap partner punya spesialisasinya sendiri-sendiri.

Iya itu ada saya lagi, ganteng kan? Makasih!
Yeah! Tahun ini ditutup dengan event gede yang membanggakan dan banyak bisa diambil pelajarannya. Semoga tahun depan semakin oke. Amin.
Read More
Designed By Seo Blogger Templates